Leuwiliang, Kecamatan Tua di Bogor Barat dengan Sejarah Panjang Perjuangan dan Perdagangan

kantor kecamatan leuwiliang
Sumber :

Bogor, VIVA bogor – Kecamatan Leuwiliang, yang kini dikenal sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian wilayah barat Kabupaten Bogor, ternyata memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan masa kolonial dan perjuangan rakyat.

Wayang Golek, Sejarah Panjang Boneka Kayu dari Tanah Sunda

Nama Leuwiliang sendiri berasal dari bahasa Sunda: Leuwi berarti sungai atau aliran, sedangkan liang berarti lubang atau gua. Secara harfiah, Leuwiliang dapat diartikan sebagai “aliran sungai yang berliang” atau “sungai yang mengalir di antara bebatuan”. Nama itu merujuk pada kondisi geografis Leuwiliang yang dialiri Sungai Cianten dan Sungai Cikuluwung, dua sungai besar yang menjadi urat nadi kehidupan masyarakat sejak dahulu.

Pada masa kolonial Belanda, Leuwiliang menjadi wilayah penting karena lokasinya yang strategis di jalur penghubung Bogor – Rangkasbitung – Banten. Wilayah ini dikenal sebagai daerah penghasil kopi dan hasil bumi lainnya. Catatan arsip kolonial menyebutkan bahwa Belanda membangun jalur transportasi untuk memudahkan pengangkutan kopi dari perkebunan di sekitar Gunung Salak menuju Batavia.

Sejarah Wayang Golek, Warisan Budaya Sunda yang Mendunia

Selain sebagai daerah perdagangan, Leuwiliang juga punya peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan. Pada masa agresi militer Belanda, kawasan ini menjadi basis gerilya pejuang Republik Indonesia. Hutan dan perbukitan Leuwiliang dimanfaatkan sebagai benteng alami tempat para pejuang bergerilya.

Setelah kemerdekaan, Leuwiliang ditetapkan sebagai salah satu kecamatan tertua di Kabupaten Bogor. Secara administratif, kecamatan ini membawahi sejumlah desa yang tersebar di wilayah perbukitan dan dataran subur. Pasar Leuwiliang kemudian berkembang menjadi pusat ekonomi rakyat dan hingga kini tetap menjadi ikon kecamatan.

Patung Si Denok, Penunggu Abadi Istana Bogor yang Bikin Penasaran

“Leuwiliang punya nilai historis yang besar. Dari sini kita bisa belajar bagaimana masyarakat menjaga tradisi perdagangan, pertanian, sekaligus menjadi bagian penting dalam perjuangan bangsa,” kata seorang sejarawan lokal.

Kini, Kecamatan Leuwiliang tidak hanya dikenal sebagai pusat perdagangan tradisional, tetapi juga berkembang dalam bidang pendidikan, kesehatan, hingga pemerintahan. Meski modernisasi terus berjalan, jejak sejarah Leuwiliang tetap melekat dalam identitas masyarakatnya.