Sejarah Wayang Golek, Warisan Budaya Sunda yang Menduni
Bogor, VIVA Bogor – Wayang golek adalah salah satu kesenian tradisional khas masyarakat Sunda, Jawa Barat, yang hingga kini masih bertahan sebagai warisan budaya Nusantara. Pertunjukan wayang golek tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sarana pendidikan, dakwah, hingga media penyampai pesan sosial.
Sejarah wayang golek diyakini mulai berkembang pada abad ke-16, tepatnya ketika penyebaran agama Islam berlangsung di tanah Sunda. Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati disebut sebagai tokoh penting yang menggunakan wayang golek sebagai media dakwah. Melalui pertunjukan wayang, ajaran Islam disampaikan dengan cara yang lebih mudah diterima masyarakat kala itu.
Berbeda dengan wayang kulit di Jawa Tengah dan Jawa Timur, wayang golek berbentuk tiga dimensi menyerupai boneka kayu. Bentuk ini dianggap lebih menarik dan sesuai dengan kebiasaan masyarakat Sunda yang menyukai kesenian bernuansa ceria.
Wayang golek biasanya membawakan cerita Mahabharata, Ramayana, maupun kisah-kisah carangan yang dikembangkan dalang sesuai kondisi sosial masyarakat. Peran dalang sangat penting, bukan hanya sebagai pencerita, tetapi juga sebagai pengendali alur, pengisi suara tokoh, hingga penyelip pesan moral.
Pada masa kolonial Belanda, wayang golek tetap hidup di tengah masyarakat dan bahkan dijadikan sarana kritik sosial terhadap kebijakan pemerintah kolonial. Memasuki era modern, kesenian ini terus bertransformasi. Kini wayang golek tidak hanya dipentaskan di kampung-kampung, tetapi juga tampil dalam festival seni internasional dan menjadi ikon budaya Jawa Barat.
UNESCO pun telah mengakui wayang—termasuk wayang golek—sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity pada tahun 2003. Pengakuan ini menegaskan bahwa wayang golek bukan sekadar hiburan tradisional, melainkan aset budaya dunia yang harus dijaga kelestariannya.
Hingga kini, sejumlah dalang besar seperti Asep Sunandar Sunarya dari Bandung berhasil mengangkat popularitas wayang golek hingga dikenal luas oleh generasi muda. Dengan gaya khas, inovasi lakon, serta kemampuan mendekatkan kesenian tradisional pada zaman modern, wayang golek terus bertahan di tengah gempuran hiburan digital.