Ditemukan Jejak Prasasti Kuno di Bogor, Diperkirakan Berasal dari Abad 11

Prasasti Nyalindung yang hilang
Sumber :

Bogor, VIVA Bogor – Tim Peneliti dan Riset Lembur Sawah mengidentifikasi keberadaan sebuah situs di Kampung Nyalindung, Desa Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Situs ini diperkirakan berasal dari abad ke-11, berdasarkan penggunaan aksara Sunda atau Jawa Kuna.

Kebun Teh Cianten Leuwiliang, Pesona Hijau dan Warisan Sejarah Bogor Barat

“Prasasti itu diperkirakan menggunakan aksara Sunda atau Jawa Kuna dan berasal dari periode setelah abad ke-11, masa Kerajaan Sunda atau Pajajaran. Namun, isi lengkap prasasti belum diketahui akibat kondisi yang sulit terbaca,” terang Muhamad Alnoza, Ketua Tim Riset Lembur Sawah, Jumat, 19 September 2025.

 

Menguak Sosok Gustaff Willem Van Imhoff, Arsitek Istana Bogor yang Gemar Mengadu Domba

Temuan berawal dari sebuah laporan kolonial Jaarboek Bataviasche Genootschap yang mencatat mengenai asal usul prasasti. Dalam laporan diterangkan bahwa batu berbentuk pipih ini ditemukan oleh seorang Kepala Laboratorium Teh pada masa pemerintahan Hindia Belanda,  Steinmann tahun 1934.

 

Leuwiliang, Kecamatan Tua di Bogor Barat dengan Sejarah Panjang Perjuangan dan Perdagangan

Prasasti ini kini menjadi koleksi Museum Nasional dengan nomor inventaris D.153, diterangkan Alnoza. Dalam penjelasan mengatakan lokasi prasasti diperkirakan sekitar 1,5 kilometer dari Mata Air Kota Batu, kawasan yang kini dikenal sebagai Nyalindung, Desa Sukamantri, Kabupaten Bogor.

 

“Kami yakin lokasinya di Nyalindung berdasarkan deskripsi laporan kolonial yang menyebut prasasti berada di tengah sawah,” kata Alnoza.

 

Dugaan awal prasasti ini memiliki delapan baris aksara. Ini diketahui hasil pemindaian digital yang membantu memperjelas bentuk aksara sehingga beberapa huruf dapat dibaca.

Alnoza memaparkan, prasasti Nyalindung sempat dibahas di sejumlah forum diskusi. Namun kini hilang dari bagian kepingan narasi sejarah Bogor . 

“Pada Mei 1993, dalam Prosiding Seminar Nasional Sastra dan Sejarah Pakuan Pajajaran di Universitas Pakuan, Dr. Hasan Djafar mewartakan kembali prasasti itu berada di Museum Nasional,” kata Alnoza.

Selain prasasti, tim riset menemukan saluran air kuno dan benteng batu di sekitar lokasi. Warga menyebut teknik penyusunan batu tanpa semen itu sebagai ngabalai, pengetahuan yang diwariskan turun-temurun.

“Kawasan Nyalindung kemungkinan sudah dihuni sejak lama dan menjadi penyangga Pakuan Pajajaran. Mata air dan kesuburan tanah membuat daerah ini strategis,” ujar Alnoza.

Tim riset terdiri dari peneliti Bujangga Manik Society, Bogor Historia, Niskala Institut, Halimun Salaka, Pijakamanik Society, serta tenaga ahli cagar budaya.

Eko Hadi dari Bogor Historia menegaskan pentingnya dukungan pemerintah agar prasasti ini tidak terlupakan. Apalagi status prasasti Nyalindung sebagai salah satu dari sedikit prasasti di Bogor. 

"Ini bisa menjadi prasasti penting sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus,” ungkapnya.