Tepuk Sakinah : Dari Bahan Candaan Netizen Hingga Doa Yang Tertinggal

Tepuk Sakinah : Dari Bahan Candaan Netizen Hingga Doa Yang Tertinggal
Sumber :
  • Yuni Retnowati

Tentu saja kita ingin menjadikan pernikahan bukan sesuatu yang menakutkan seperti banyak diungkap gen Z, "Marry Is Scarry". Ada juga yang bilang, "Pernikahan itu berat, kok ada tepuknya". Justru karena berat dan pasangan pengantin pasti mengetahui hal ini maka KUA berusaha memberikan tips singkat yang bisa diingat pasangan agar mereka bisa berlayar hingga ke tujuan, sebelum mereka mendengar petuah yang panjang. 

Prasangka Baik dan Afirmasi Positif dalam Islam: Cara Benar Menenangkan Hati dan Menjemput Rezeki

Saya jadi teringat firman Allah, wa qul linnāsi husnā, katakanlah yang baik kepada manusia. Tetapi di zaman digital ini, kebaikan sering kalah cepat dibanding komentar. Lidah sudah berubah menjadi keyboard. Fitnah lisan bermigrasi menjadi fitnah komentar. Hal yang kecil berubah menjadi gunung, yang sederhana menjadi rumit, kebaikan menjadi guyonan dan cercaan. Bukankah dengan tepuk pula anak-anak kita mulai mengenal bagaimana menghapal doa di sekolah dan mushola, menghapal rukun Islam, rukun iman dan lainnya. 

Kita memang tidak tahu ke mana arah angin algoritma. Di era digital yang semua berdasar views, komentar sering kali seadanya dan sekenanya. Kita berharap menjadikan kebaikan tetap menjadi kebaikan. Jika formatnya tak mengarah pada  hal haram, mengapa justru memicu perpecahan. Konten baik yang tak habis dibicarakan dan dihujat di grup keluarga, sekolah, RT, dll ini harusnya menjadi sarana membangun kesadaran. Ini lebih baik dari sekedar konten joget perempuan setengah telanjang di media sosial.

Netizen Kepo! Benarkah Philo Paz, Mantan Azizah Salsha, Sudah Punya Anak?

Semoga ke depan kita menjadi bangsa yang dewasa dalam literasi. Memahami esensi tanpa meributkan format dan kemasan yang tidak munkar. Dari lubuk yang paling dalam, mungkin banyak harapan dan doa yang tertinggal lebih dari yang bisa diucapkan dari  penghulu dan para pengurus KUA. Kita tentu tak berharap tugas mereka hanya membubuhkan tanda tangan dan menjadi saksi perkawinan semata. Tapi peran mendidik yang saat ini sudah mereka pikirkan inovasinya.