Dampak Positif Dapur MBG
Bogor, VIVA Bogor – Banyaknya peristiwa siswa keracunan yang diduga akibat menkonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) memicu pro-kontra di mata masyarakat mengenai program yang digulirkan oleh Presiden Prabowo Subianto ini.
Satu pihak berpendapat program MBG harus dihentikan atau diganti dengan cara pemberian subsidi langsung kepada setiap orangtua siswa. Sebaliknya, pihak lain berpendapat justru banyak dampak positif dengan kehadiran dapur MBG di setiap desa.
Menurut Saprudin, pengelola sekaligus penanggungjawab SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) Kecamatan Caringin, Desa Lemah Duhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, pro-kontra tentang program MBG adalah hak masyarakat. Namun, kata Saprudin, masyarakat sebaiknya perlu memahami lebih lanjut tentang program MBG atau keberadaan SPPG.
"Yang kontra kan inginnya uang subsidi dari pemerintah diberikan langsung ke orangtua penerima manfaat. Namun masalahnya, benarkah akan sampai ke anak sebagai penerima manfaat? Gizinya tepat ga? Bisa ga mengelola uang yang diberikan nantinya? Tentu regulasi dan sejenisnya harus diatur lebih lanjut," ungkapnya.
Sedangkan jika program MBG ini dikelola melalui sistem SPPG, lanjut Saprudin, banyak keuntungan atau dampak positif yang belum banyak diketahui oleh masyarakat.
"Rata-rata setiap SPPG menyerap sebanyak 50 tenaga kerja. 47 orang adalah para pekerja atau relawan yang berasal dari warga setempat dan 3 orang dari Badan Gizi Nasional (BGN) yang terdiri dari kepala dapur, akuntan, dan ahli gizi," ungkapnya.
Selain membuka lapangan pekerjaan, kehadiran SPPG atau dapur MBG berefek domino positif bagi peningkatan produk-produk UMKM setempat, pedagang, petani, dan supplier.