Menguak Sosok Gustaff Willem Van Imhoff, Arsitek Istana Bogor yang Gemar Mengadu Domba

Arsitek Istana Bogor Gustaff Willem Van Imhoff
Sumber :
  • Wikimedia commons/Nederlandsch Museum voor Geschiedenis en Kunst

Bogor, Viva Bogor – Istana Kepresidenan Bogor yang megah dan anggun ternyata memiliki sejarah panjang. Bangunan bersejarah ini pertama kali dirancang oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-27, Gustaff Willem Van Imhoff.

ILMU KEBAL LETNAN KOMARUDIN Letnan Komarudin atau yang memiliki nama asli Eli Yakim Teniwut, adalah salah satu prajurit

Gustaff Willem Van Imhoff lahir dari keluarga bangsawan Belanda. Pada tahun 1725, ia berangkat ke Hindia Belanda sebagai pegawai perusahaan dagang Belanda. Kariernya cukup cemerlang, ia berhasil naik jabatan hingga menjadi anggota Dewan Penasihat Hindia Belanda, lalu dipercaya sebagai Gubernur Ceylon pada tahun 1736. Namun, saat terjadi pemberontakan Tionghoa di Ceylon tahun 1740, Gustaff Willem dipulangkan ke Belanda. Tidak lama kemudian, Direktur Perusahaan Hindia Timur Belanda mendukungnya untuk diangkat menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda.

Kontroversi Kebijakan Gustaff Willem Van Imhoff

Meskipun dikenal cerdas, Gustaff kerap membuat kebijakan yang dianggap tidak bijak. Ia diduga terlibat dalam konflik internal kerajaan Mataram, yang memicu Perang Suksesi Jawa Ketiga (1749–1757). Akibat perang tersebut, kerajaan Mataram terpecah menjadi dua bagian.

Kebun Teh Cianten Leuwiliang, Jejak Sejarah Perkebunan Teh di Bogor Barat

Di Banten, Gustaff juga mencampuri urusan dinasti dengan mendukung faksi yang tidak populer. Hal ini justru menimbulkan ketidakpuasan rakyat dan berujung pada pemberontakan.

Arsitek Pertama Istana Bogor

 

Kebun Teh Cianten Leuwiliang, Pesona Hijau dan Warisan Sejarah Bogor Barat

Istana Bogor

Photo :
  • nationaalarchief.nl/Nationaal Archief

 

Di balik sikap kontroversialnya, Gustaff Willem Van Imhoff memiliki jasa besar dalam bidang arsitektur kolonial. Dialah sosok pertama yang menggagas pembangunan Istana Kepresidenan Bogor, yang kala itu bernama Istana Buitenzorg.

Kala itu, situasi di Batavia (sekarang jadi Jakarta) sedang tidak kondusif. Penyakit misterius banyak memakan korban jiwa, pembangunan kanal-kanal dianggap sebagai penyebab dari munculnya penyakit misterius tersebut.

Pada Agustus 1744, ditengah kondisi Kota Batavia yang kotor dan penuh wabah, Gustaff merasa perlu membangun sebuah rumah peristirahatan di pedesaan. Dipilihlah wilayah selatan Batavia, yang kini menjadi Kota Bogor. Awalnya, wilayah ini akan menjadi kawasan pertanian tapi akhirnya difokuskan menjadi vila peristirahatan dengan tiga lantai.

Inspirasi dari Blenheim Palace

 

Blenheim Palace di Inggris

Photo :
  • Wikimedia commons/gailf548

 

Dalam merancang Istana Buitenzorg, Gustaff terinspirasi dari Blenheim Palace di Inggris. Blenheim adalah kediaman bangsawan Inggris, John Churchill (Adipati Marlborough), yang dibangun pada tahun 1705. Gaya arsitektur Eropa klasik ini kemudian diterapkan dalam desain awal Istana Buitenzorg.

Pembangunan istana dibawah pengawasan Gustaff berlangsung sejak 1745 hingga 1750, sesuai sketsa yang dibuatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, arsitekturnya mengalami perubahan. Pada tahun 1851, Gubernur Jenderal Albert Jacob Duijmayer Van Twist menyederhanakan bangunan menjadi satu lantai demi mengurangi risiko kerusakan akibat gempa.

Warisan Sejarah

Istana Kepresidenan Bogor yang kita kenal hari ini adalah hasil perjalanan panjang sejak masa kolonial. Meski Gustaff Willem Van Imhoff dikenal sebagai sosok yang gemar mencampuri urusan politik kerajaan Nusantara, jasanya dalam menghadirkan desain awal Istana Bogor tidak bisa diabaikan. Apalagi ia juga yang mendirikan layanan pos pertama di Hindia Belanda yang nantinya menjadi cikal bakal Pos Indonesia.

Setelah masa jabatannya berakhir, Gustaff Willem Van Imhoff digantikan oleh Jacob Mossel. Namun warisannya berupa Istana Buitenzorg terus berdiri hingga kini, menjadi salah satu simbol sejarah dan ikon Kota Bogor.