Memaafkan dan Rekonsiliasi : Dua Persoalan Yang Berbeda

Memaafkan dan Rekonsiliasi : Dua Persoalan Yang Berbeda
Sumber :
  • Yuni Retnowati

Memaafkan dan Rekonsiliasi

Resmi, Jalan Lingkar Laladon Dramaga menjadi Jalan H. Ghazali

Memaafkan dan rekonsiliasi. Kedua hal ini seringkali dibandingluruskan. Seolah jika sudah memaafkan seseorang secara tidak langsung akan mudah melakukan rekonsiliasi. Padahal pada kenyataannya memaafkan tidak selalu akan membuahkan rekonsiliasi. Memaafkan adalah sebuah keputusan untuk melaksanakan perintah baik dari Agama. Dan jika pun tak berlandaskan agama, orang saat ini memilih jalan memaafkan agar memutus mata rantai rapuhnya mental health (kesehatan jiwa) karena memendam dendam berkepanjangan. Mereka hanya ingin hidup lebih tenang dan produktif dengan memaafkan. Kalau pun ada rekonsiliasi yang ingin diwujudkan, ada sederet syarat panjang yang harus diejawantahkan. Sebagaimana kita ketahui Rosulullah yang sudah memaafkan orang-orang Quraisy yang telah berbuat dzalim, tapi beliau tetap melakukan hijrah ke Madinah. Artinya memaafkan seseorang tidak serta merta kita harus berekonsiliasi jika memang dirasa orang yang sudah menyakiti ini masih punya sifat toxic yang justru ke depan tidak baik untuk kita.

Menilik Studi Perdamaian dan Konflik susunan Johan Galtung dan Charles Webel, setidaknya ada 8 tahap yang mesti dilewati untuk menyelesaikan konflik. Walau begitu, tidak semua unsur selalu dilakukan dalam penyelesaian konflik. Menurut penulis ada dua unsur paling penting dari delapan unsur rekonsiliasi yang harus dilakukan yaitu permintaan maaf kepada korban dan pemberian keadilan dalam wujud tertentu. “Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: ‘Barang siapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat)".

Pameran Foto Satu Dekade PFI Bogor: Apresiasi Dedie A Rachim Terhadap Rekaman Sejarah dan Perjuangan Lewat Lensa

Bagi yang belum siap dalam melakukan rekonsiliasi, tenang saja. Jalan utama kita adalah memaafkan. Rekonsiliasi hanya butuh kesiapan dan waktu saja jika semua syarat terpenuhi. Sebagaimana dalam QS. Al Muzzammil ayat 10 Allah berfirman, "Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik". Menjauhi berarti tidak ingin menjalin hubungan terlalu dekat dan melakukan rekonsiliasi. Hal itu bahkan diperbolehkan dalam Islam. Sebab menjauh bukan berarti memutus hubungan. Tapi proses untuk bisa saling memperbaiki kondisi masing-masing.

Memaafkan dan Kesehatan

Peringati Hari Jadi, Karang Taruna Selawangi Gelar Bulan Bakti

Dalam sebuat riset, memaafkan adalah salah satu faktor yang dapat membuat sel-sel tubuh manusia lebih sehat. Dalam studi Frontiers in Psychology 2023 dinyatakan bahwa pemendekan telomer pada sel kromosom manusia akan tertunda pada orang-orang yang mekiliki sifat compassionate (pemaaf). Tidak cepatnya telomer memendek akan memperlambat penuaan biologis. Jadi kalau ada sebuah guyonan yang bilang, "Jangan mudah marah, nanti cepat tua", sebenarnya ini berbasis riset. Telomer (telomere) sendiri adalah bagian paling ujung dari DNA linear yang selalu berulang-ulang. Meskipun termasuk dalam untai DNA, telomer tidak mengkode protein apa pun, sehingga ia tidak termasuk dalam kategori gen. Telomer berperan penting dalam menjaga kestabilan genom tiap sel. Dengan adanya telomer, penggandaan DNA yang berlangsung sebelum pembelahan sel dapat dilakukan secara tuntas.

Banyak hal tentang kesehatan yang dipengaruhi oleh kondisi mental atau psikologis. Oleh karenanya kita tidak boleh abai terhadap apa-apa yang terjadi pada kesehatan mental kita. Sejumlah studi secara saintifik telah terbukti. Ini menjadi trigger pada kita untuk menjaga kesehatan mental sedini mungkin. Bahkan jika kita bisa menjadi support system agar orang lain menjadi sehat jiwanya, sudah seharusnya kita tak ragu membantu orang lain untuk meringankan kesulitannya.

Halaman Selanjutnya
img_title