Letnan Untung: Anak Buah Kesayangan yang Justru Dieksekusi Soeharto
Bogor, VIVA Bogor - Nama Letnan Satu (Lettu) Untung Syamsuri tercatat dalam sejarah Indonesia bukan hanya sebagai salah satu pelaku Gerakan 30 September (G30S) 1965, tetapi juga sebagai sosok prajurit yang pernah berada di lingkaran dekat Soeharto, orang yang kelak menandatangani perintah eksekusinya.
Untung lahir di Kebumen, Jawa Tengah, tahun 1926. Ia dikenal sebagai prajurit pemberani, ikut dalam perang gerilya melawan Belanda, hingga kemudian bergabung dengan Batalyon Diponegoro. Karir militernya menanjak, dan ia ditempatkan di Tjakrabirawa, pasukan pengawal Presiden Soekarno.
Menariknya, pada masa-masa sebelumnya, Untung pernah menjadi salah satu perwira yang dekat dengan Soeharto, terutama saat Soeharto menjabat sebagai Komandan Divisi Diponegoro. Hubungan itu bahkan digambarkan cukup akrab: Soeharto kerap mempercayakan tugas-tugas penting kepadanya.
Namun sejarah berbelok pada 30 September 1965. Untung disebut sebagai komandan lapangan dalam penculikan para jenderal yang kemudian menewaskan enam perwira tinggi TNI AD. Aksi ini, yang oleh rezim Orde Baru disebut “pemberontakan PKI”, menjadikan Untung sebagai buronan nomor satu.
Ironisnya, ketika operasi pembersihan dilakukan, Soeharto—yang sebelumnya pernah membanggakan Untung sebagai anak buahnya—justru menjadi sosok yang memimpin penindakan.
Setelah ditangkap, Untung diadili dalam Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub). Pada 1968, ia dijatuhi hukuman mati. Putusan itu dikukuhkan di masa Orde Baru yang dipimpin Soeharto, mantan komandannya sendiri.
Pada 6 Maret 1969, Letnan Untung dieksekusi di Lapangan Tjijantung, Jakarta Timur. Eksekusi itu menutup hidup seorang prajurit yang pernah berada di lingkar kepercayaan, namun akhirnya dianggap pengkhianat.