Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim, Cicak, dan Butung: Makna Boikot Produk Israel di Indonesia
- AI Generated / Dok. AI via Gemini
Bogor, VIVA Bogor – Dalam sejarah Islam, kita mengenal kisah Nabi Ibrahim AS yang dilempar ke dalam api oleh Raja Namrud. Saat itu, semua makhluk bereaksi: ada burung kecil (butung) yang berusaha membawa setetes air untuk memadamkan api, dan ada cicak yang justru meniup-niup agar api semakin besar.
Apa makna kisah ini? Burung kecil tahu bahwa setetes airnya tak akan memadamkan api, tapi ia ingin menunjukkan keberpihakannya pada kebenaran. Sebaliknya, cicak memilih berpihak pada kebatilan.
Hari ini, kisah itu relevan ketika membicarakan boikot produk terafiliasi Israel di Indonesia. Ada yang berpendapat, “Apa pengaruhnya kalau saya berhenti beli produk tertentu? Bukankah kecil sekali dampaknya?” Namun, sebagaimana burung kecil itu, sikap boikot adalah simbol keberpihakan. Meski kecil, setiap langkah menunjukkan posisi: mendukung kemanusiaan atau ikut meniup api kezaliman.
Di Indonesia, seruan boikot produk yang diduga terafiliasi Israel makin kuat seiring meningkatnya keprihatinan atas krisis kemanusiaan di Gaza. Tentu, keputusan ada pada masing-masing individu. Tapi dari sudut pandang religius, boikot bisa menjadi bentuk nyata solidaritas, doa yang diwujudkan dalam aksi sehari-hari.
Mungkin kita tak bisa menghentikan perang, tapi kita bisa memilih di pihak mana berdiri. Seperti burung kecil itu, meski sederhana, sikap kita akan menjadi saksi: kita tidak diam di tengah api kezaliman.