Perpustkaan Masjid Al Muttaqin Bogor dan Upaya Pengembangan Literasi

Perpustakaan Masjid Raya Al Muttaqin kota Bogor
Sumber :
  • Yuni Retnowati

Bogor, VIVA Bogor – Masjid adalah tempat beribadah ummat Islam. Akan tetapi beribadah tentu tidak hanya diartikan dalam bentuk shalat saja. Justru kontekstualisasi nilai shalat seharusnya mengejawantah dalam bentuk yang beragam. Oleh karenanya masjid juga berfungsi sebagai pusat kegiatan syuro (musyawarah), pengembangan ilmu pengetahuan, ekonomi, sosial, olahraga, dll. Sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi kita 14 abad yang lalu.

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Senin 22 September 2025: Hujan Ringan Merata

Sebagai pusat ilmu pengetahuan, sudah selayaknya masjid memberikan ruang terhadap pertumbuhan tingkat literasi ummat. Sebagaimana dalam Islam wahyu pertama yang turun yaitu tentang 'iqro' yang berarti membaca. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ini dicatat, selanjutnya menjadi Al-Qur'an, sebagai pedoman dan sumber pengetahuan bagi umat. Jika kita menilik sejarah, kita juga mengetahui bahwa nabi menggunakan surat sebagai media dakwah untuk menyampaikan kebenaran kepada raja-raja dan penguasa di luar Mekkah, seperti Heraclius, Najasyi, dan lainnya. Hal ini menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan literasi dalam mempengaruhi jiwa manusia menuju kebenaran Islam.

Jika kita berkunjung ke masjid Al Muttaqin, Kota Bogor, kita akan berjumpa ruangan kecil di bagian depan masjid di mana rak-rak buku disusun sebagai perpustakaan. Perpustakaan masjid yang didirikan pada 2023 ini bertepatan dengan pameran buku yang juga diadakan di aula masjidnya. "Tadinya ini adalah ruang penyimpanan/penitipan barang. Lalu disulap menjadi perpustakaan kecil oleh DKM masjid", ungkap bu Ita sebagai penanggungjawab perpustakaan. Ada beberapa buku donasi dari perpusnas, penerbit buku, juga pemberian jamaah sekitar masjid yang saat ini berjumlah sekitar 1400 buku. 

Maulid Nabi Masjid Masy'a, Warga Villa Mutiara Bogor Bagikan Ratusan Sembako

Ada juga masjid besar lain yang menyusul masjid Al Muttaqin membangun perpustakaan tahun 2025 ini yaitu masjid Al Muslimun yang berada di wilayah Bantarjati, Bogor Utara. Tak jauh berbeda dengan masjid Al Muttaqin, masjid Al Muslimun juga memiliki tempat yang strategis di pinggir jalan besar juga wilayah padat penduduk yaitu di wilayah perumahan Indra Prasta. Akan tetapi masjid Al Muslimun yang baru mendirikan perpustakaan pada tahun 2025 ini pun masih mencari ruang yang tepat untuk menata buku bantuan dari perpusnas dan jamaah. Barita sebagai pengurus perpustakaan menjelaskan bahwa masjid Al Muslimun punya potensi pembaca yang besar sebab jamaah dan pengantar PAUD diperkirakan berjumlah 80 orang. Oleh karenanya harus ada keseriusan untuk mengelolanya. Belum semua masjid di kota Bogor, Jawa Barat memiliki perpustakaan. Kalau pun ada, itu sebatas pelengkap saja dan tidak dikelola dengan baik. Sehingga tujuan literasi yang diharapkan belum maksimal. 

Sesama penerima donasi 1000 buku dari perpusnas, kedua masjid ini sebenarnya bisa menjadi masjid yang menginspirasi masjid-masjid lainnya dalam mendirikan perpustakaan. Kendala teknis pastinya akan ada, sebagaimana dijelaskan oleh pengelola perpustakaan. Bu Ita, sebagai salah satu pengurus DKM masjid Al Muttaqin mengungkapkan bahwa pihaknya sudah pernah mengajukan proposal renovasi agar ruang perpustakaan bisa lebih representatif dan menjadi ruangan yang nyaman dan bisa dipasang AC. Tapi hingga kini pihak DKM belum bisa merealisasikan. Namun penulis yakin, apapun kendalanya, sinergi dengan masyarakat, lembaga NGO, penerbit dan juga pemerintah dapat memuluskan apa-apa yang menjadi cita-cita perpustakaan masjid. 

Sindikat Pencuri Paket Berharga Beraksi di Kota Bogor, Gasak Laptop Rp18 Juta Modus Pick Up

Di zaman nabi ada as-shuffah, berupa pemondokan yang ada di serambi masjid. Pada masa Nabi SAW, ada 9 lembaga as-shuffah, termasuk yang ada di Masjid Nabawi. Nabi SAW pernah mengangkat Ubay ibn as-Shamith sebagai guru As-Shuffah. Selain itu, Majlis Al-‘Ilm atau Majelis an-Nabi yang berbentuk halaqah (pertemuan) selalu dinantikan kehadirannya. Bentuk halaqah diminati karena tumbuhnya perasaan rindu dan besarnya semangat terhadap apa yang disampaikan oleh guru. Penulis membayangkan jika di zaman ini kita memiliki shuffah-shuffah seperti ini tentu percepatan literasi akan semakin baik, terutama literasi Islami. Shuffah tersebut bisa diisi dengan program kajian, bedah buku, program berkisah tentang siroh Nabi, menghapal Al Qur'an, seni Islami, dll yang akan membangkitkan ghirah keislaman.

Demikianlah, dari literasi menuju halaqoh yang menguatkan jiwa-jiwa para sahabat nabi. Memberikan sumber energi yang tidak pernah habis untuk menjadi bahan bakar dilanjutkannya estafet risalah Islam. Maka, menjadikan masjid sebagai pusat pengembangan literasi akan memberikan dampak pada wajah peradaban Islam. Sebab nilai-nilai yang diwariskan untuk generasi Islam ke depan sudah seharusnya merupakan nilai-nilai yang akan membawa mereka pada kegemilangan Islam di abad-abad lalu. Agar kejayaan itu terulang kembali. 

Halaman Selanjutnya
img_title