“Fenomena Burnout: Saat Capek Batin Lebih Berbahaya daripada Capek Fisik”
- Istimewa : pinterest
Bogor, VIVA Bogor–“Fenomena Burnout: Saat Capek Batin Lebih Berbahaya daripada Capek Fisik”
“Capek fisik bisa hilang dengan tidur, tapi capek batin? Tidak semudah itu. Inilah yang dikenal dengan fenomena burnout—musuh diam-diam generasi produktif.”
Di tengah budaya kerja yang menuntut serba cepat, banyak orang merasa harus selalu on setiap waktu. Deadline menumpuk, notifikasi tak pernah berhenti, bahkan waktu istirahat pun terasa bersalah jika tidak produktif. Hasilnya? Tubuh sehat, tapi batin rapuh.
Fenomena burnout kini semakin sering dialami, terutama generasi milenial dan Gen Z. Bukan hanya lelah, tapi kehilangan motivasi, merasa hampa, bahkan kehilangan arah hidup. Yang lebih berbahaya, kondisi ini sering dianggap biasa.
“Banyak pasien datang dengan keluhan fisik—pusing, sulit tidur, cepat lelah. Setelah diperiksa, ternyata masalah utamanya bukan di tubuh, tapi di pikiran yang terlalu tertekan,” jelas psikolog klinis, Rizky Amalia, M.Psi.
Burnout tidak hanya menggerogoti kesehatan mental, tapi juga berdampak pada produktivitas, hubungan dengan keluarga, hingga kualitas hidup. Jika tidak disadari sejak dini, dampaknya bisa jauh lebih besar dibanding sakit fisik.
Capek batin itu nyata, dan mengabaikannya bukanlah solusi. Luangkan waktu untuk istirahat, bicara dengan orang terdekat, atau cari bantuan profesional bila perlu. Karena kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Jadi, sudahkah kamu jujur dengan dirimu sendiri hari ini?