Mengapa Manusia Diciptakan Sebagai Pemimpin, Meski AI Lebih Cerdas?

ilustrasi manusia sebagai pemimpin dari AI
Sumber :
  • AI Generated / Dok. AI via Gemini

Bogor, VIVA Bogor – Dunia terus dikejutkan dengan perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Albania punya “menteri” AI bernama Diella, Jepang angkat AI Penguin jadi ketua partai. Banyak yang bertanya-tanya: kalau robot bisa lebih cerdas, cepat, dan efisien, kenapa Islam tetap menegaskan bahwa pemimpin sejati adalah manusia, bukan mesin?

Dulu Karena ‘Ain, Sekarang Karena AI: Bahaya Postingan Berlebihan Menurut Islam

Jawabannya ada dalam Al-Qur’an: manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di muka bumi.

 

AI Lebih Pintar, Tapi Tak Punya Hati

Secerdas apa pun AI, ia hanyalah kumpulan algoritma. AI bisa menghitung miliaran data, tapi ia tidak bisa merasakan empati, kasih sayang, dan hikmah.

Diella & AI Penguin: Saat Robot Jadi Pemimpin, Apa Kata Islam?

Sementara itu, kepemimpinan dalam Islam bukan hanya soal kecerdasan intelektual. Pemimpin dituntut punya iman, akhlak, dan hati nurani. Itulah yang membuat manusia istimewa: mampu memilih dengan sadar, bukan sekadar memproses data.

 

Manusia Dipilih Jadi Khalifah

Allah berfirman:

Apple Luncurkan iPhone 17 Secara Global: Revolusi Desain dan Performa yang Ditunggu-tunggu

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi…” (QS. Al-Baqarah [2]:30).

Ayat ini menegaskan sejak awal, manusia memang ditunjuk sebagai pemimpin di bumi. Bukan karena manusia paling pintar secara teknis, tapi karena manusia diberi akal, kebebasan memilih, dan tanggung jawab moral.

 

Amanah yang Tak Bisa Dipikul Mesin

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Di sinilah letak perbedaannya. AI tidak akan dihisab di akhirat. Hanya manusia yang akan dimintai pertanggungjawaban atas keputusannya. Itulah mengapa kepemimpinan adalah amanah eksklusif bagi manusia.

 

Hikmah untuk Zaman Digital

Fenomena AI di dunia politik, dari Diella di Albania hingga AI Penguin di Jepang, mengajarkan kita satu hal penting: teknologi boleh membantu, tapi tidak bisa menggantikan peran manusia sebagai khalifah.

Islam menegaskan, pemimpin bukan sekadar “yang paling pintar menghitung”, melainkan yang mampu adil, berempati, dan bertanggung jawab di hadapan Allah.

Maka, sehebat apa pun AI, ia tetap hanya alat. Kepemimpinan sejati adalah milik manusia. Wallaahu'alam.