Prasangka Baik dan Afirmasi Positif dalam Islam: Cara Benar Menenangkan Hati dan Menjemput Rezeki
- istimewa : Serhat Tugg / Pexels
Bogor –Afirmasi Positif: Tren Modern yang Banyak Diikuti
Belakangan ini, banyak orang mengamalkan afirmasi positif: mengulang kalimat motivasi seperti “Saya kaya, saya sukses, saya berlimpah”. Teori psikologi populer menyebutkan bahwa sugesti berulang bisa memengaruhi alam bawah sadar, terutama jika diucapkan sebelum tidur ketika otak lebih rileks.
Namun, pertanyaan pun muncul: bagaimana Islam memandang afirmasi seperti ini? Apakah benar bisa mendatangkan rezeki, atau justru membuat kita salah arah?
Ilustrasi doa dan afirmasi islami
- istimewa : Serhat Tugg / Pexels
Islam Menjawab: Rezeki Hanya dari Allah
Dalam Islam, rezeki bukan semata-mata hasil dari kata-kata sugestif, melainkan bagian dari takdir Allah SWT. Allah sudah menjamin rezeki setiap makhluk sejak dalam kandungan.
“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauḥ Maḥfūẓ). ” (QS. Hud: 6)
Artinya, afirmasi positif boleh saja diucapkan, tapi jangan sampai kita meyakini kata-kata itu sendirilah yang mendatangkan rezeki. Seorang muslim tetap harus menautkan hatinya pada Allah, berdoa, berusaha, dan bertawakal.
Afirmasi Umum vs. Afirmasi Islami
Berikut 10 tema afirmasi yang disusun menjadi teks afirmasi gabungan. Afirmasi umum dipadukan dengan rujukan Al-Qur’an atau hadis sehingga tetap dalam bingkai tauhid.
1. Tentang kekuatan diri
Afirmasi umum: “Aku kuat, aku mampu menghadapi tantangan.”
Afirmasi Islami: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (QS. Al-Baqarah: 286)
Teks afirmasi gabungannya : “Aku pasti kuat menjalaninya, karena aku yakin Allah tak kan memberi ujian di luar kesanggupanku.”