Prasangka Baik dan Afirmasi Positif dalam Islam: Cara Benar Menenangkan Hati dan Menjemput Rezeki
- istimewa : Serhat Tugg / Pexels
Dari “Hidupku selalu sulit” → menjadi “Allah sedang mendidikku dengan kesabaran.”
Dari “Aku lelah dengan ujian” → menjadi “Alhamdulillah, Allah masih mengingatkanku dengan kasih-Nya.”
Dari “Aku tidak mampu” → menjadi “Hasbunallahu wa ni’mal wakil, Cukuplah Allah sebagai penolong bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung (wakil).”
Dari “Aku tak punya apa-apa” → menjadi “Alhamdulillah hidayah iman itu masih ada di hati.”
Penulis pun pernah punya pengalaman mengubah keluhan ketika sakit gigi mengucapkan : “Sakit Gigi karena Alhamdulillah masih punya gigi, kalo yang udah gak punya gigi pasti gak bisa sakit gigi.”
Intinya semua keluhan dan rasa sakit itu wajar karena kita manusia yang masih hidup, yang penting jangan larut dalam keluhan apalagi jadi berpasangka buruk kepada Allah, segera istighfar dan cari solusinya. Dengan cara ini, kita tidak berhenti pada keluhan, tapi menemukan makna di balik ujian.
Prasangka Baik: Kunci Ketenangan dan Rezeki
Rasulullah SAW bersabda:
Allah ﷻ berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam dirinya, Aku akan menyebutnya dalam diri-Ku. Jika ia menyebut-Ku di tengah sekumpulan orang, Aku akan menyebutnya di tengah makhluk yang lebih baik dari kumpulan itu. Jika ia mendekat kepada-Ku satu jengkal, Aku mendekat kepadanya satu hasta. Jika ia mendekat kepada-Ku satu hasta, Aku mendekatinya satu depa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan biasa, Aku datang kepadanya dengan berlari.” (Sahih) - (Muttafaq 'alaihi) - (Sahih Muslim - 2675)
Berbaik sangka kepada Allah harus disertai dengan amal. Al-Hasan Al-Baṣriy berkata, "Orang mukmin itu berbaik sangka kepada Tuhannya, lantas berbuat baik. Sedangkan orang yang fajir, dia berburuk sangka kepada Tuhannya lantas berbuat buruk."
Penutup: Afirmasi Islami = Doa, Syukur, dan Tawakal
Mengucapkan kata-kata positif itu baik sebagai motivasi diri. Namun seorang muslim harus selalu ingat bahwa rezeki, kemudahan, dan ketenangan sejati hanya datang dari Allah.
Afirmasi Islami sejatinya adalah doa yang tulus, rasa syukur yang mendalam, dan tawakal yang penuh keyakinan. Dengan prasangka baik, insyaAllah setiap ujian berubah menjadi rahmat, dan setiap nikmat bertambah keberkahannya.
Pada akhirnya, sebagai Muslim kita wajib berikhtiar, berdoa, dan bertawakal sambil berprasangka baik kepada takdir Allah, bukan sekadar mengulang kata-kata tanpa iman kepada qadha dan qadar-Nya. Semoga Allah membimbing hati kita kepada ketulusan, melapangkan rezeki, dan menetapkan prasangka baik dalam setiap langkah.