Kerap Jadi Perilaku Pejabat Negara, Islam Punya Pandangan Sendiri Soal Flexing dan Hedonisme

Ilustrasi flexing dan hedonismw/freepik
Sumber :
  • Freepik

Bogor –Perbuatan flexing dan hedonisme merupakan suatu tindakan pamer atau riya. Keduanya merupakan perbuatan sangat tercela menurut Islam.

Ingat Keutamaan Bersholawat Sejak Kamis Malam Hingga Jumat Maghrib

 

Tindakan flexing sendiri termasuk bentuk riya atau pamer ibadah ataupun takabur (sombong karena dunia). Itu semua tergantung pada niat dan tujuan dari si pelaku flexing. Jika dilakukan demi menunjukkan kelebihan dan menimbulkan rasa iri atau rendah diri orang lain, maka perbuatan itu berdosa.

Cara Mengatasi HP Lemot: Tips Ampuh Biar Ponsel Kembali Ngebut

 

Perlu diingat bahwa flexing adalah perilaku memamerkan kekayaan, status sosial, pencapaian, atau barang-barang mewah dengan tujuan dapat pengakuan atau pujian dari orang lain. Umumnya, para pelaku mengungkapkannya melalui media sosial, seperti memamerkan mobil, rumah, pakaian, liburan, atau gaya hidup glamor.

Jalan Janala – Lebakwangi Direkonstruksi, Anggaran Rp34 Miliar Digelontorkan

 

Sementara, hedonisme itu pandangan hidup yang menjadikan kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan materi sebagai tujuan utama. Pada zaman modern ini, hedonisme kerap nampak pada gaya hidup mewah, pesta, konsumsi berlebihan, dan mengejar kebahagiaan duniawi secara ekstrem.

 

Islam sendiri memandang perbuatan pamer atau riya adalah perbuatan yang sangat tercela. Bahkan melarangnya. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."(QS. An-Nisa: 36)

 

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Barang siapa yang memperlihatkan amalnya (riya), maka Allah akan memperlihatkan (aib)nya, dan barang siapa yang berbuat untuk didengar orang, maka Allah akan memperdengarkan (aib)nya." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Namun, Islam tidak melarang pemeluk Islam menikmati kenikmatan duniawi. Hanya saja, perlu seimbang, halal, dan tidak melampaui batas (israf).

 

Allah SWT berfirman:

 "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia..." (QS. Al-Qasas: 77)

 

Pemeluk Islam boleh makan enak, pakai pakaian bagus, atau berlibur, selama sumbernya halal, tidak berlebihan, tidak membuat lupa akhirat, tidak melukai perasaan orang lain atau menimbulkan iri

 

Sementara, tindakan hedonis sendiri mampu membuat seseorang lupa akan kematian, tanggungjawab sosial, dan ibadah. 

 

Nabi SAW bersabda:

 "Demi Allah, bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Hati yang tenang sendiri menjadi suatu bentuk kebahagiaan sejati menurut Islam. Selain kedekatan dengan Allah, dan amal yang bermanfaat.

 

Perlu diingat juga bahwa perilaku flexing dan hedonisme bisa tmbulkan kecemburuan sosial dan tekanan psikologis bagi orang lain, termasu mengikis keikhlasan dalam beramal. Juga menjerumuskan pada gaya hidup boros dan konsumtif, melalaikan ibadah dan tanggungjawab akhirat, hingga membentuk pribadi yang haus validasi dan pengakuan manusia, bukan ridha Allah.

 

 

Teladan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW mengajarkan hidup sangat sederhana walau beliau punya akses ke kekayaan umat. Kesederhanaan itu teladan utama dalam Islam. Termasuk saat seseorang mampu secara finansial.

 

Ajaran Islam berada di wasathiyah (jalan tengah), yakni tidak miskin karena malas, dan tidak kaya karena pamer.

 

Jadikan harta dan kenikmatan dunia sebagai alat untuk beribadah dan membantu sesama, bukan sebagai tujuan hidup. Keindahan Islam terletak pada keseimbangan antara dunia dan akhirat.

 

Sebagai informasi, Presiden Partai Buruh, Said Iqbal menyorot gaya hidup flexing dan hedonisme dimana sering dilakukan para pejabat termasuk anggota DPR RI. Flexing dan hedonisme itu kata Said dilakukan para pejabat negara di tengah maraknya PHK hingga upah buruh yang masih rendah. 

 

Bagi Said Iqbal, kedua hal ini tidak patut dilakukan para pejabat negara. "Yang perlu diperhatikan oleh anggota DPR RI adalah kebiasaan flexing dan hedon," kata Said Iqbal kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, dikutip Selasa, 2 September 2024