Hamas Tegaskan Tak Bisa Disisihkan, Menolak Proposal AS yang Ingin Singkirkan dari Gaza
- tvOne
Jakarta, VIVA Bogor – Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, akhirnya angkat bicara setelah muncul desakan agar mereka tidak lagi memimpin di Jalur Gaza. Pejabat senior Hamas, Gazi Hamad, menegaskan bahwa Hamas merupakan bagian tak terpisahkan dari rakyat Palestina sehingga tidak bisa begitu saja disingkirkan.
Hamad juga mengungkap pengalamannya lolos dari serangan rudal Israel saat berada di Qatar. Ia menyebut peristiwa itu sebagai “mukjizat”, karena tembakan jatuh hanya beberapa meter dari tempat tinggalnya. Menurutnya, Israel memang sengaja menargetkan tim negosiasi Hamas demi menghabisi kepemimpinan mereka.
Sejak 2007, Hamas menguasai Gaza setelah mengambil alih kekuasaan dari Fatah, partai yang memimpin Otoritas Palestina (PA). Namun kini, masa depan Hamas dipertanyakan menyusul munculnya proposal 21 butir dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Proposal tersebut dipaparkan di sela Sidang Umum PBB ke-80 di New York. Isinya antara lain rencana pembentukan pemerintahan Palestina tanpa Hamas, pembentukan pasukan gabungan dari warga Palestina dan negara-negara Arab-Muslim, serta dukungan dana rekonstruksi Gaza.
Selain itu, proposal juga menekan agar Hamas segera membebaskan seluruh sandera dalam waktu 48 jam, bukan secara bertahap.
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tetap bersikeras melanjutkan operasi militer. Ia menegaskan bahwa tujuan Israel adalah membebaskan sandera sekaligus menghancurkan Hamas agar Gaza tidak lagi dianggap ancaman bagi negaranya.
Hamas kini berada di persimpangan jalan: ditekan keluar dari pemerintahan oleh pihak luar, namun tetap mengakar di tengah rakyat Gaza yang hidup dalam blokade. Pertanyaan besarnya, apakah masa depan Gaza bisa dipisahkan dari Hamas, atau justru keduanya telah menyatu dalam satu perjuangan?