Memaafkan dan Rekonsiliasi : Dua Persoalan Yang Berbeda

Memaafkan dan Rekonsiliasi : Dua Persoalan Yang Berbeda
Sumber :
  • Yuni Retnowati

Bogor, VIVABogor – Meminta maaf dan memaafkan kadang menjadi sesuatu yang bermomen dalam kultur negara kita. Harus diciptakan momen khusus untuk meminta maaf pada momen lebaran, menjelang Ramadhan, menjelang berangkat ibadah haji, saat sakit, dll. Padahal sudah seharusnya sebagai muslim kita meminta maaf sesegera mungkin saat menyadari kesalahan. 

Erika Carlina Klaim Sudah Memaafkan, Tapi Proses Hukum terhadap DJ Panda Tetap Berlanjut

Di dunia digital seperti saat ini, kemungkinkan kita membuat banyak kesalahan akan lebih besar karena secara tidak langsung sebagian kita masuk ke dunia di mana media sosial memerangkap kita untuk menjadi bagian dari penduduk dunia maya. Oleh karenanya gesekan yang terjadi di masyarakat saat ini juga akan meluas areanya. Apalagi kalau kita sendiri adalah pejabat publik, content creator, influencer, atau aktivitas publik lainnya. Sehingga permintaan maaf kadang dilakukan melalui perangkat digital.

Teringat saat Rosulullah SAW pernah meminta maaf dan mengumumkan agar orang-orang yang pernah beliau sakiti membalas dengan setimpal karena beliau tidak ingin dituntut di akhirat. Adakah para penguasa saat ini mengumumkan hal serupa dan minta rakyatnya membalas setimpal? Sungguh, seorang nabi yang kedudukannya melebihi penguasa negeri saja mampu bertindak serendah hati ini, lalu bagaimana dengan para pemimpin hari ini? 

Letnan Untung: Anak Buah Kesayangan yang Justru Dieksekusi Soeharto

Kita juga diingatkan oleh kisah Umar bin Khatab yang memanggul sendiri gandum untuk rakyatnya yang kelaparan karena merasa bersalah sebab orang tersebut berada dalam tanggung jawabnya sebagai khalifah. 

Sekelumit contoh di atas adalah kisah-kisah meminta maaf dan penyesalan di ruang publik yang diambil dari kisah pemimpin yang sangat terkait dengan pelayanan di ruang publik. Walau demikian, secara substantif, tetap saja meminta maaf dan memaafkan adalah keterikatan dan keterkaitan individual. 

Mengenang Sjafruddin Prawiranegara: Presiden Darurat yang Selamatkan Republik Indonesia

Meminta Maaf dan Memaafkan

Terkadang ada yang memaafkan saat orang lain meminta maaf. Tapi ada juga yang memaafkan walau orang lain tidak meminta maaf. Dalam Islam, ajaib sekali urusan memaafkan ini. Bahkan bisa membuat seseorang dimasukkan ke dalam syurga karena memaafkan saudaranya. Tanpa orang lain harus meminta maaf. Amazing! Dalam As Syuro ayat 40 dikatakan, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” Dilanjutkan dengan Surat Asy-Syura ayat 43, “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” Tentu saja memaafkan bukan barang murah sehingga ganjarannya syurga. Selain tidak murah, memaafkan juga tidak mudah. Sebagaimana tidak mudahnya meminta maaf yang butuh keberanian, ketulusan, dan penyesalan yang serius.

Memaafkan dan Rekonsiliasi

Memaafkan dan rekonsiliasi. Kedua hal ini seringkali dibandingluruskan. Seolah jika sudah memaafkan seseorang secara tidak langsung akan mudah melakukan rekonsiliasi. Padahal pada kenyataannya memaafkan tidak selalu akan membuahkan rekonsiliasi. Memaafkan adalah sebuah keputusan untuk melaksanakan perintah baik dari Agama. Dan jika pun tak berlandaskan agama, orang saat ini memilih jalan memaafkan agar memutus mata rantai rapuhnya mental health (kesehatan jiwa) karena memendam dendam berkepanjangan. Mereka hanya ingin hidup lebih tenang dan produktif dengan memaafkan. Kalau pun ada rekonsiliasi yang ingin diwujudkan, ada sederet syarat panjang yang harus diejawantahkan. Sebagaimana kita ketahui Rosulullah yang sudah memaafkan orang-orang Quraisy yang telah berbuat dzalim, tapi beliau tetap melakukan hijrah ke Madinah. Artinya memaafkan seseorang tidak serta merta kita harus berekonsiliasi jika memang dirasa orang yang sudah menyakiti ini masih punya sifat toxic yang justru ke depan tidak baik untuk kita.

Menilik Studi Perdamaian dan Konflik susunan Johan Galtung dan Charles Webel, setidaknya ada 8 tahap yang mesti dilewati untuk menyelesaikan konflik. Walau begitu, tidak semua unsur selalu dilakukan dalam penyelesaian konflik. Menurut penulis ada dua unsur paling penting dari delapan unsur rekonsiliasi yang harus dilakukan yaitu permintaan maaf kepada korban dan pemberian keadilan dalam wujud tertentu. “Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rasulullah SAW: ‘Barang siapa pernah melakukan kezaliman terhadap saudaranya, baik menyangkut kehormatannya atau sesuatu yang lain, maka hendaklah ia minta dihalalkan darinya hari ini, sebelum dinar dan dirham tidak berguna lagi (hari kiamat)".

Bagi yang belum siap dalam melakukan rekonsiliasi, tenang saja. Jalan utama kita adalah memaafkan. Rekonsiliasi hanya butuh kesiapan dan waktu saja jika semua syarat terpenuhi. Sebagaimana dalam QS. Al Muzzammil ayat 10 Allah berfirman, "Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik". Menjauhi berarti tidak ingin menjalin hubungan terlalu dekat dan melakukan rekonsiliasi. Hal itu bahkan diperbolehkan dalam Islam. Sebab menjauh bukan berarti memutus hubungan. Tapi proses untuk bisa saling memperbaiki kondisi masing-masing.

Memaafkan dan Kesehatan

Dalam sebuat riset, memaafkan adalah salah satu faktor yang dapat membuat sel-sel tubuh manusia lebih sehat. Dalam studi Frontiers in Psychology 2023 dinyatakan bahwa pemendekan telomer pada sel kromosom manusia akan tertunda pada orang-orang yang mekiliki sifat compassionate (pemaaf). Tidak cepatnya telomer memendek akan memperlambat penuaan biologis. Jadi kalau ada sebuah guyonan yang bilang, "Jangan mudah marah, nanti cepat tua", sebenarnya ini berbasis riset. Telomer (telomere) sendiri adalah bagian paling ujung dari DNA linear yang selalu berulang-ulang. Meskipun termasuk dalam untai DNA, telomer tidak mengkode protein apa pun, sehingga ia tidak termasuk dalam kategori gen. Telomer berperan penting dalam menjaga kestabilan genom tiap sel. Dengan adanya telomer, penggandaan DNA yang berlangsung sebelum pembelahan sel dapat dilakukan secara tuntas.

Banyak hal tentang kesehatan yang dipengaruhi oleh kondisi mental atau psikologis. Oleh karenanya kita tidak boleh abai terhadap apa-apa yang terjadi pada kesehatan mental kita. Sejumlah studi secara saintifik telah terbukti. Ini menjadi trigger pada kita untuk menjaga kesehatan mental sedini mungkin. Bahkan jika kita bisa menjadi support system agar orang lain menjadi sehat jiwanya, sudah seharusnya kita tak ragu membantu orang lain untuk meringankan kesulitannya.

Dalam sebuah hadits dikatakan, “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12 : 453)

Bagaimana Jika Kita Sulit Memaafkan?

Memaafkan memang bukan sesuatu yang mudah. Oleh karenanya ganjaran pahalanya besar dan bahkan bisa memasukkan yang bersangkutan ke dalam syurga. Tapi bukan berarti hal ini tidak mungkin kita lakukan. Jika Islam menganjurkan ummatnya untuk jadi pemaaf, maka Islam juga memberikan panduan untuk mudah memaafkan. Hal ini bisa kita kaitkan dengan materi menerima takdir Allah. Bukankah segala sesuatu yang terjadi atas kehendak Allah? Bahkan tidak ada sehelai daun pun jatuh kecuali dalam pengetahuan Allah. Maka kita juga harus meyakini bahwa apapun yang menimpa kita semua atas kehendak Allah. Baik itu anugrah atau musibah. Maka dengan mengikhlaskan segala sesuatu yang terjadi akan memudahkan kita untuk bisa ringan dalam memaafkan. Sebab segala kejadian atas izin Allah semata. Dan semua pastilah baik untuk kita. 

Masya Allah, sungguh mudah urusan seorang muslim dalam keadaan apa pun. Tak ada yang berat saat Allah yang menjadi fokus utama kita. Menjadi poros yang akan memusatkan semua tujuan hidup kita. Maka, akankah saya dan kita semua menjadi orang-orang yang dimasukkan Allah ke syurganya dengan jalur memaafkan saudara? Tak ada yang mudah, tapi bisa kita mulai dari sekarang untuk melatih diri. Tak hanya pahala, kesehatan fisik dan mental juga akan ada dalam genggaman.