5 Cara Islami Mendidik Anak Gen Z di Era Digital

Ilustrasi Ayah Mendidik anak remaja Gen Z
Sumber :
  • AI Generated / Dok. AI via Gemini

Bogor, VIVA Bogor – Generasi Z lahir di era digital yang serba cepat, kritis, dan kreatif. Banyak orang tua merasa bingung ketika mendidik mereka, terutama soal ibadah dan akhlak. Dibutuhkan pendekatan Islami yang humanis: kapan harus merangkul dengan lembut, kapan menegaskan dengan prinsip syariat. Berikut lima cara Islami yang relevan untuk mendidik anak Gen Z.

Ustadz Zaidul Akbar Ungkap Bahaya Genetik Emosional, Akar Penyakit Keluarga dan Solusinya Menurut Islam

 

1. Mengajak dengan Lembut

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sampaikanlah (ajaran) dengan cara yang mudah, jangan mempersulit; berilah kabar gembira, jangan membuat orang lari.” (HR. Bukhari)

Rumah Adalah Madrasah Pertama, UBN Ajak Orang Tua Hadirkan Ilmu dan Ketenangan bagi Anak-anak

Contoh percakapan sehari-hari:

  • Anak“Ayah capek, tapi tetap shalat, kenapa ya?”
  • Ayah “Karena Ayah butuh shalat biar hati tenang.”
  • Anak“Kalau aku capek banget, boleh nggak shalat nanti saja?”
  • Ayah: “Justru shalat itu bikin kamu istirahat dengan tenang, karena kewajiban sudah ditunaikan dan itu yang pertama kali akan dihisab nanti.”

Pendekatan lembut membuat anak merasakan hikmah ibadah tanpa merasa dipaksa.

 

2. Teladan yang Konsisten

Tahukah Anda? Anak Bukan Beban, Tapi Amanah dan Cahaya Masa Depan Umat pesan untuk orang tua masa kini. Fitrah based edu

Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan?” (QS. As-Saff: 2)

Anak Gen Z cepat menangkap ketidaksesuaian antara kata dan tindakan. Teladan nyata lebih efektif daripada ceramah panjang:

  • Orang tua shalat tepat waktu meski lelah.

  • Meminta maaf saat salah.

  • Menjaga ucapan dan sikap di rumah.

Ini memberi anak pengalaman konkret, bukan sekadar teori.

 

3. Tegas Saat Menyangkut Prinsip

Ada hal-hal yang tidak bisa ditawar, terutama terkait syariat dan keselamatan:

  • Keselamatan: “Nak, wajib pakai helm saat naik motor. Nyawa titipan Allah, tidak boleh disia-siakan.”

  • Shalat: “Shalat lima waktu itu fardhu. Kalau sakit bisa sambil duduk atau berbaring, tapi meninggalkannya karena malas tidak diperbolehkan.”

Ketegasan tetap hangat karena dijelaskan dengan alasan logis dan spiritual.

 

4. Bertumbuh Bersama dalam Iman

Mendidik anak bukan sekadar membentuk mereka, tapi juga memperbaiki diri sendiri. Orang tua yang mau belajar, mendengar, dan mengakui kekurangan akan lebih dihormati anak:

“Nak, Ayah juga masih belajar. Kita sama-sama yuk, saling ingatkan supaya lebih dekat dengan Allah.”

Ini menekankan bahwa mendidik Gen Z adalah proses bersama, bukan perseteruan generasi. Apapun peran kita, belajar dan bertumbuh adalah proses seumur hidup dan tidak berhenti hanya karena kita sudah menjadi orangtua.

 

5. Berdoa dan Ridha Terhadap Anak

Selain usaha lahiriah, doa orang tua adalah senjata batin yang sangat kuat.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Tiga doa yang tidak tertolak: doa orang yang dizalimi, doa orang yang berpuasa, dan doa orang tua untuk anaknya.” (HR. Tirmidzi)

Ridha orang tua pun menjadi kunci: “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua, murka Allah tergantung pada murka orang tua.” (HR. Tirmidzi).

Beberapa doa yang bisa dibaca untuk anak dan keturunan:

“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang termasuk orang-orang saleh.” (QS. Ash-Shaffat: 100)

 
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan sebagai penyejuk hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Dengan doa dan ridha, orang tua menanam benih keberkahan agar anak Gen Z tumbuh beriman, berakhlak mulia, dan menjadi generasi penerus yang menegakkan kebaikan. Wallaahu'alam.