Mengapa Gen Z Takut Menikah? Pahami Makna Pernikahan sebagai Ruang Tumbuh Bersama, Bukan Sekadar Bahagia Sesaat

Ilustrasi Sepasang anak muda yang masih takut menikah
Sumber :
  • Istimewa : Pinterest

Bogor, VIVA Bogor – Belakangan banyak Gen Z mengaku takut menikah. Rasa khawatir itu muncul bukan karena mereka tidak percaya pada cinta, melainkan karena berbagai faktor yang dekat dengan kehidupan sehari-hari: mulai dari tekanan finansial, ketidakpastian masa depan, hingga pengalaman melihat pernikahan orang tua atau kerabat yang tidak harmonis.

Marselino Ferdinan Berpeluang Perkuat Timnas U-23 di SEA Games 2025

Fenomena ini semakin kuat karena media sosial kerap menampilkan standar pernikahan “sempurna”: pesta mewah, pasangan serasi, rumah impian, hingga gambaran hidup bahagia tanpa konflik. Akibatnya, sebagian Gen Z berpikir menikah adalah tiket instan menuju kebahagiaan. Padahal, pernikahan sesungguhnya jauh lebih kompleks dan penuh dinamika.

5 Alasan Gen Z Takut Menikah

  1. Tekanan Finansial – biaya hidup dan pesta pernikahan dianggap memberatkan.
  2. Trauma Hubungan – pengalaman keluarga atau lingkungan yang tidak harmonis membuat mereka ragu.
  3. Ekspektasi Tinggi – standar “sempurna” yang dibentuk media sosial sering kali tidak realistis.
  4. Prioritas Karier & Diri – banyak yang ingin fokus lebih dulu pada pengembangan diri dan kestabilan finansial.
  5. Takut Gagal – kekhawatiran pernikahan berakhir perceraian membuat mereka menunda.
Pahlawan Tanpa Jasa, Perjuangan Petugas PLN Menjaga Terangnya Listrik

Namun, jika ditelaah lebih dalam, pernikahan tidak seharusnya dipandang sebagai akhir perjalanan mencari bahagia, melainkan awal dari perjalanan panjang untuk tumbuh bersama.

3 Makna Sejati Pernikahan

  1. Ruang Tumbuh Bersama – pernikahan adalah tempat belajar sabar, memahami perbedaan, dan bertumbuh sebagai pribadi.
  2. Perjalanan Panjang – bahagia tidak hadir instan, melainkan dibangun melalui dinamika kehidupan yang dijalani berdua.
  3. Ikatan Spiritual & Emosional – pernikahan menjadi sarana memperkuat iman, cinta, serta komitmen untuk saling mendukung lahir dan batin.
Joey Pelupessy Tegaskan Timnas Indonesia Harus Tenang Hadapi Arab Saudi dan Irak

Beberapa pendapat pakar psikologi keluarga menyebutkan, menikah bukan tentang menemukan pasangan yang sempurna, melainkan berproses menjadi lebih baik bersama orang yang kita pilih. Dengan pola pikir seperti ini, ketakutan menikah bisa perlahan berubah menjadi keberanian.

Bagi Gen Z, memahami bahwa pernikahan adalah ruang belajar dan ruang tumbuh akan membantu mereka menyiapkan diri dengan lebih sehat. Karena pada akhirnya, menikah bukan sekadar mencari kebahagiaan sesaat, tetapi membangun perjalanan hidup yang penuh makna.