Soal Atlet Israel, Gubernur DKI Tegas Tolak, Menlu Lempar ke Imigrasi dan Penyelenggara
- Istimewa : Press release
Bogor, VIVA Bogor–Polemik kehadiran atlet asal Israel dalam kejuaraan senam dunia di Jakarta semakin memanas. Gubernur DKI ambil sikap tegas, sementara Menlu memilih berhati-hati dan menyerahkan urusan ke pihak imigrasi serta penyelenggara.
Isu kehadiran atlet asal Israel di ajang World Artistic Gymnastic Championship yang dijadwalkan digelar di Jakarta kembali mencuat ke publik. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, menyatakan penolakan tegas terhadap partisipasi atlet dari negara tersebut, dengan alasan situasi sosial yang dinilai sensitif.
“Dalam kondisi seperti ini, saya tidak mengizinkan atlet Israel datang ke Jakarta. Ini bisa menimbulkan gejolak sosial,” tegas Pramono di Balai Kota, Selasa (7 Oktober 2025). Ia bahkan mengusulkan langkah pencegahan sejak dini, yaitu agar visa bagi atlet Israel tidak diterbitkan. Menurutnya, hal itu menjadi cara paling aman untuk menghindari potensi gesekan di masyarakat. “Sebaiknya dari awal, visa jangan diterbitkan, supaya masalah ini tidak sampai melebar,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu), Sugiono mengambil langkah lebih hati-hati. Ia menegaskan bahwa pihaknya belum menerima surat resmi dari penyelenggara atau federasi terkait partisipasi atlet Israel. Menurutnya, tanggung jawab teknis sepenuhnya berada di tangan Persatuan Senam Indonesia (Persani) dan pihak Imigrasi.
“Kan ini mengeluarkan visa itu dari Imigrasi,” ujar Sugiono di Istana Negara, Rabu (8 Oktober 2025). Ia juga menambahkan bahwa pemerintah masih memantau situasi dan akan berkoordinasi lebih lanjut apabila ada keputusan final dari penyelenggara event.
Isu ini pun ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak warga mendukung sikap Gubernur yang dinilai selaras dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang berpihak pada kemerdekaan Palestina. Namun, sebagian lainnya menilai olahraga seharusnya menjadi ruang netral yang menjembatani perdamaian antarbangsa.
Indonesia dikenal dunia karena konsistensi sikapnya terhadap kemerdekaan Palestina. Namun, dunia olahraga juga menjadi simbol persahabatan lintas batas. Mampukah Indonesia menjaga keseimbangan antara kemanusiaan dan sportivitas? Mari kita jaga semangat damai tanpa kehilangan prinsip.