Kewibaan Umar bin Khattab Sampai Ditakuti Setan
- Wikimedia
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Umar bin Khattab merupakan salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang paling ditakuti — baik oleh manusia maupun setan dari kalangan jin. Hal ini bukanlah klaim tanpa dasar, melainkan didukung oleh banyak riwayat yang menggambarkan betapa besar kewibawaan yang beliau miliki.
Namun, wibawa Umar tidak bersumber dari kekayaan, kekuasaan, atau tindakan zalim. Sebaliknya, ketakutan dan rasa segan itu lahir dari ketakwaannya yang mendalam kepada Allah serta sikap tegasnya dalam menentang kezaliman.
Diceritakan Sa’ad bin Abi Waqash, suatu Ketika Umar meminta izin kepada Rasulullah, sedang bersama Rasulullah ada beberapa orang perempuan Quraisy. Mereka tengah berbicara dengan Rasulullah dan bersuara keras. Umar pun meminta izin dan masuk. Rasulullah tertawa. Umar kemudian berkata,”Semoga Allah membuatmu bahagia, Demi ayah dan ibuku, apa yang membuatmutertawa?”
“Aku heran terhadap mereka yang ada bersamaku (perempuan Quraisy). Ketika mereka mendengar suaramu, mereka segera bersembunyi di balik tirai,” jawab Rasuullah pada Umar.
Umar kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, engkau lebih berhak untuk dihormati. Wahai para perempuan, apakah kamu takut padaku dan tidak terhadap Rasulullah?”
“Ya, engkau lebih keras daripada Rasulullah,” jawab mereka.
Lantas Rasulullah bersabda, “Katakanlah apa yang kamu inginkan wahai Umar in Khattab, demi jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah setan bertemu denganmu ketika ia berjalan di suatu lembah, melainkan ia akan berjalan melewati lembah yang tidak kamu lewati.”
Dalam Riwayat lain disebutkan, Rasulullah bersabda, “Aku melihat setan-setan jin dan manusia lari dari Umar.”
Mengenai kewibawaan sosok Umar juga pernah dibahas sahabat Ibnu Abbas. Beliau bercerita:
مَكَثْتُ سَنَةً أُرِيدُ أَنْ أَسْأَلَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ عَنْ آيَةٍ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَسْأَلَهُ هَيْبَةً لَهُ
Aku menetap bersama Umar bin Khattab selama satu tahun, ingin menanyakan tentang satu ayat Al-Qur’an, tetapi aku enggan bertanya karena kewibaannya (HR. Bukhari no 4913).
Wallahu a’lam bi ash-shawab.