Dari Khayalan ke Nyata: 5 Teknologi Masa Kini yang Dulu Hanya Ada di Film Fiksi Ilmiah

Ilustrasi teknologi
Sumber :
  • AI Generated / Dok. AI via Gemini

Bogor, VIVA Bogor – Pernahkah Anda menonton Star Trek dan terpukau dengan komunikator yang bisa melakukan panggilan video? Atau membaca novel fiksi ilmiah tentang komputer yang bisa diajak bicara layaknya manusia? Dulu, kita mungkin menghela napas dan berkata, "Wah, itu mah cuma khayalan!"

Ribuan karyawan terdampak PHK, tapi peluang baru juga muncul. Apakah kita siap

Tapi, lihatlah sekeliling kita sekarang. Apa yang dulu adalah mimpi di siang bolong para penulis dan visioner, kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian kita. Kemajuan teknologi berjalan dengan kecepatan yang mencengangkan, mengubah khayalan fiksi ilmiah menjadi realitas yang mengagumkan.

Mari kita telusuri beberapa teknologi yang membuktikan bahwa batas antara mimpi dan kenyataan semakin tipis.

1. Komputer yang Bicara dan Memahami Kita: Kecerdasan Artifisial (AI) Asisten Pribadi

Dulu Karena ‘Ain, Sekarang Karena AI: Bahaya Postingan Berlebihan Menurut Islam

Khayalan Masa Lalu: HAL 9000 di 2001: A Space Odyssey atau J.A.R.V.I.S. yang cerdas dalam Iron Man. Komputer yang tidak hanya menjalankan perintah, tetapi juga memahami konteks, belajar, dan berinteraksi secara natural.

Kenyataan Sekarang: Siri, Google Assistant, Alexa, dan ChatGPT. Asisten virtual ini telah menjadi "otak" di balik ponsel dan rumah pintar kita. Kita bisa mengobrol dengannya, menanyakan cuaca, memutar lagu, hingga meminta mereka menuliskan ide kita. Kecerdasan Artifisial (AI) di belakangnya mampu mempelajari pola kita dan memberikan respons yang semakin personal. J.A.R.V.I.S.-nya Tony Stark tidak lagi sepenuhnya fiksi!

2. Dunia di Ujung Jari: Realitas Augmentasi (AR)

Mengapa Manusia Diciptakan Sebagai Pemimpin, Meski AI Lebih Cerdas?

Khayalan Masa Lalu: Star Wars yang menampilkan papan permainan hologram, atau Minority Report di mana Tom Cruise memanipulasi data di udara dengan tangannya.

Kenyataan Sekarang: Filter Instagram, game Pokémon Go, dan aplikasi IKEA Place. Realitas Augmentasi (AR) menumpangkan elemen digital ke dunia nyata melalui layar gadget kita. Anda bisa melihat bagaimana sofa baru akan tampak di ruang tamu Anda sebelum membelinya, atau menangkap Pikachu di tengah taman. Teknologi ini mengaburkan garis pemisah antara dunia fisik dan digital.

3. "Beam Me Up, Scotty!" Versi Modern: Pencetakan 3D

Khayalan Masa Lalu: Star Trek memiliki "Replicator" yang bisa membuat makanan atau benda apa pun dari energi secara instan.

Kenyataan Sekarang: Printer 3D. Meski belum seinstan Replicator, prinsipnya mirip: membuat objek fisik tiga dimensi dari file digital. Teknologi ini sudah digunakan untuk mencetak prototipe produk, komponen mesin, alat medis (seperti prostetik), bahkan rumah! Kita bisa "mengunduh" desain sebuah benda dan "mencetaknya" di dunia nyata. Ini adalah langkah awal yang luar biasa menuju masa depan di mana kita bisa mencetak apa yang kita butuhkan.

4. Mobil yang Mengemudi Sendiri: Kendaraan Otonom

Khayalan Masa Lalu: Mobil-mobil yang meluncur sendiri tanpa pengemudi dalam film seperti Total Recall atau I, Robot.

Kenyataan Sekarang: Mobil self-driving dari Tesla, Waymo, dan perusahaan otomotif lainnya. Teknologi otonom level 2 dan 3 sudah ada di pasaran, dimana mobil dapat mengemudi, menjaga jarak, dan berpindah jalur secara mandiri dalam kondisi tertentu. Meski masih membutuhkan pengawasan pengemudi, kita sedang berada di tengah-tengah revolusi transportasi yang dulu hanya bisa kita bayangkan.

5. Memanipulasi "Bangununan Kehidupan": Teknik Pengeditan Gen CRISPR

Khayalan Masa Lalu: Film-film tentang rekayasa genetika untuk menciptakan manusia super atau menyembuhkan penyakit langka.

Kenyataan Sekarang: CRISPR-Cas9. Ini mungkin adalah teknologi paling revolusioner dalam daftar ini. Bayangkan memiliki gunting yang bisa memotong dan menyunting DNA "blueprint" atau cetak biru kehidupan. CRISPR persis seperti itu. Teknologi ini membuka potensi luar biasa untuk menyembuhkan penyakit genetik seperti anemia sel sabit, memodifikasi tanaman untuk ketahanan pangan, dan terapi kanker. Kita sekarang memiliki alat untuk secara langsung "menulis ulang" kode kehidupan, sesuatu yang bahkan lebih fantastis daripada fiksi ilmiah tahun 80-an.

Kesimpulan: Masa Depan Sudah di Sini, Lalu Apa Selanjutnya?

Teknologi-teknologi ini membuktikan bahwa khayalan manusia adalah mesin pendorong inovasi yang paling powerful. Apa yang kita impikan kemarin, kita usahakan hari ini, dan kita wujudkan besok.

Pertanyaannya sekarang bukan lagi "Bisakah kita mewujudkannya?" tetapi "Bagaimana kita menggunakan teknologi ini dengan bijak?" Tantangan etika, privasi, dan kesenjangan sosial menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Sekarang, bayangkan teknologi apa yang saat ini masih terasa seperti khayalan? Perjalanan antar-bintang? Teleportasi? Keabadian digital? Siapa tahu, 20 tahun lagi, Andalah yang akan membaca artikel tentang bagaimana semua itu akhirnya terwujud.