Cinta Nabi Tak Diukur dari Rp50 Ribu: Meneladani Akhlak Rasulullah SAW dalam Kehidupan Sehari-Hari

Ilustrasi Suasana Maulid Nabi
Sumber :
  • AI Generated / Dok. AI via Gemini

Di lapangan, tak jarang Maulid Nabi berubah menjadi acara seremonial yang lebih menonjolkan kemeriahan daripada esensinya. Iuran pun ditetapkan dengan angka tertentu, misalnya Rp50.000–Rp100.000 per keluarga hanya untuk konsumsi.

One Way di Jalur Puncak, 22 Ribu Kendaraan Padati Simpang Gadog

Yang tidak ikut menyumbang kadang merasa tersisih, bahkan mendapat ucapan menyinggung seperti:

  • “Setahun sekali masa tidak bisa nyumbang?”
  • “Kalau tidak nyumbang berarti tidak cinta Nabi.”

Padahal, kondisi setiap orang berbeda. Menyamakan kewajiban iuran tanpa mempertimbangkan keadaan justru melahirkan tekanan sosial. Alih-alih bahagia, peringatan Maulid terasa membebani.

Sambut Maulid Nabi 2025, Jalan-jalan Religi ke Masjid Indah di Kota Bogor

 

Rasulullah SAW: Teladan Kesederhanaan

Kelahiran Nabi Muhammad SAW: Cahaya Islam yang Menerangi Dunia

Rasulullah SAW hidup dengan penuh kesederhanaan. Beliau tidur di atas tikar kasar hingga berbekas di tubuhnya. Bahkan ketika ditawarkan gunung emas oleh Malaikat Jibril, Rasulullah menolak. Beliau lebih memilih hidup sederhana agar tetap dekat dengan umatnya dan mengajarkan arti syukur.

Halaman Selanjutnya
img_title