Wali Santri Korban Runtuhnya Ponpes Al-Khoziny: “Ini Takdir Allah, Bukan Karena Hukuman”

Keluarga Santri Korban
Sumber :
  • tvOne

Jakarta, VIVA Bogor – Duka mendalam masih menyelimuti Pondok Pesantren Al-khoziny, salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang berdiri sejak tahun 1927. Hingga hari kedelapan pasca-runtuhnya bangunan ponpes, sejumlah keluarga korban masih menanti proses identifikasi di RSUD setempat.

Sikap Seorang Muslim Saat Terkena Musibah

Salah satunya adalah Abdul Wahid, alumni sekaligus wali santri yang kehilangan anak dan cucunya dalam musibah tersebut. Dengan nada lirih, ia mengenang keduanya yang masih berusia 17 tahun.

“Namanya Hasani dan Albi, anak dan cucu saya. Mereka mondok di sana karena kami percaya dengan pendidikan di Alkhazini. Sejak dulu pondok ini dikenal baik dan disiplin,” tuturnya saat diwawancarai reporter tvOne, Yasin Idris.

Mengapa Islam Harus Rahmatan Lil ‘Alamin?

Abdul Wahid juga menepis kabar yang menyebut para santri ikut membantu pengecoran bangunan sebagai bentuk hukuman. Ia menegaskan bahwa pembangunan dilakukan oleh tenaga profesional, bukan oleh santri.

“Enggak ada istilah hukuman ngecor di pondok itu. Kalau dulu, hukumannya paling rambut digundul, bukan disuruh kerja bangunan,” tegasnya.

Cahaya Bulan di Langit Pamijahan Terang Benderang, BMKG Prakirakan Adanya Purnama Perige Supermoon

Ia mengaku ikhlas menerima musibah ini sebagai bagian dari takdir Allah. “Yang namanya musibah, enggak ada yang minta. Ini sudah takdir Allah,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Ponpes Al-khoziny sendiri dikenal sebagai pesantren salaf besar dengan biaya pendidikan yang terjangkau. “Biayanya murah, Mas. Sekitar Rp80 ribu per bulan untuk listrik . Anak saya dikirimi Rp800 ribu sebulan sudah termasuk untuk kebutuhan pondok, SPP dan semuanya,” tambahnya.

Halaman Selanjutnya
img_title