Adab Dahulu Sebelum Ilmu: Pondasi Utama Menuntut Ilmu yang Barakah
- AI Generated / Dok. AI via Gemini
Bogor, VIVA Bogor – Pernah merasa heran? Ada orang yang berilmu tinggi, tapi ucapannya menyakiti, sikapnya menyombong, dan hidupnya jauh dari ketenangan. Sebaliknya, kita jumpai orang yang ilmunya sederhana, namun kata-katanya menyejukkan, perilakunya menghormati, dan kehidupannya terasa penuh berkah.
Apa rahasianya?
Jawabannya terletak pada sebuah prinsip yang telah diajarkan oleh para ulama salaf sejak berabad-abad lalu: "Adab dahulu sebelum ilmu." Prinsip ini bukan sekadar pepatah, tetapi fondasi utama yang menentukan apakah ilmu yang kita pelajari akan menjadi cahaya atau justru kegelapan.
Apa Kata Sang Guru: Pelajaran dari Kitab Ta'lim Muta'allim
Kitab Ta'lim Muta'allim karya Syaikh Az-Zarnuji adalah masterpiece dalam etika menuntut ilmu. Bagi para santri, kitab ini adalah bacaan wajib pertama sebelum menyelami samudra ilmu lainnya. Mengapa? Karena Az-Zarnuji menegaskan bahwa kesuksesan menuntut ilmu tidak diukur dari banyaknya hafalan, tetapi dari seberapa baik adab si penuntut ilmu.
Beberapa pelajaran penting dari kitab ini antara lain:
1. Adab kepada Guru:
Menghormati guru adalah kunci membuka pintu ilmu. Ini berarti mendengarkan dengan khidmat, tidak mendahului ucapannya, dan menjaga sopan santun baik di dalam maupun di luar majelis. Bahkan, berkat ilmu sering kali diyakini datang melalui ridha sang guru.
2. Adab kepada Ilmu itu Sendiri:
Memuliakan buku, menjaga kebersihan tempat belajar, dan serius dalam belajar adalah bentuk adab kepada ilmu. Ilmu adalah cahaya Ilahi, dan cahaya tidak akan masuk ke dalam hati yang kotor dan tidak menghargainya.
3. Adab kepada Diri Sendiri:
Seorang penuntut ilmu harus memiliki niat yang ikhlas hanya karena Allah. Ia juga harus bersabar dalam proses, bersungguh-sungguh, dan tidak mudah menyerah. Niat yang ikhlas inilah yang menjadi jiwa dari setiap ilmu yang dipelajari.
Intinya, kitab ini mengajarkan bahwa ilmu tanpa adab bagai pisau tajam di tangan orang yang tak bertanggung jawab. Bisa berbahaya.
Merasakan Ayat-Ayat dan Sabda Nabi: Dalil yang Memperkuat
Prinsip "adab sebelum ilmu" ini bukanlah ciptaan manusia semata. Ia memiliki akar yang sangat kuat dalam Al-Qur'an dan Hadits.
1. Dari Al-Qur'an:
Pelajaran dari Nabi Khidir dan Musa
Cerita Nabi Musa dan Nabi Khidir (dalam Surah Al-Kahfi ayat 60-82) adalah analogi sempurna. Saat Musa ingin berguru kepada Khidir, syarat pertama yang diajukan Khidir adalah, "Jika engkau mengikutiku, maka janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku menerangkannya kepadamu." (QS. Al-Kahfi: 70).
Ini adalah pelajaran tentang adab dalam berguru: patuh dan tidak mendahului penjelasan guru. Ketika Musa akhirnya mempertanyakan tiga tindakan Khidir yang tampak aneh, ia pun gagal untuk melanjutkan perjalanan karena melanggar syarat adab tersebut. Allah mengajarkan kita bahwa kesabaran dan kepatuhan adalah gerbang untuk memahami ilmu yang lebih tinggi.
2. Dari Hadits Nabi:
Tujuan Diutusnya Rasulullah
Nabi Muhammad SAW diutus dengan misi yang jelas. Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad).
Misi utama Rasulullah adalah pendidikan adab dan akhlak bagi umat manusia. Ilmu-ilmu syariat, tauhid, dan segala ajaran Islam lainnya diajarkan dalam kerangka memperbaiki akhlak. Ini menunjukkan bahwa akhlak (adab) adalah tujuan sekaligus pondasi dari semua ilmu.
Mengapa Prinsip Ini Sangat Relevan di Zaman Sekarang?
Di era informasi seperti sekarang, ilmu bisa didapat dengan mudah hanya dengan sekali klik. Namun, justru di sinilah bahayanya. Kita bisa menjadi "kaya ilmu" tetapi "miskin adab". Banyak orang berdebat di media sosial dengan ilmu yang dimilikinya, tetapi caranya penuh dengan cacian dan kesombongan.
Prinsip "adab dahulu sebelum ilmu" mengingatkan kita:
- Ilmu untuk Diamalkan, Bukan untuk Disombongkan.
- Keberkahan Ilmu lebih Penting daripada Kuantitasnya. Ilmu yang sedikit tetapi diamalkan dengan adab yang baik, lebih membawa manfaat daripada ilmu yang banyak tetapi tidak diamalkan atau disalahgunakan.
- Mencetak Generasi yang Berilmu dan Berhati Lembut. Tujuan pendidikan sejati adalah menciptakan manusia yang tidak hanya pintar, tetapi juga santun, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi sesama.
Mulailah dari Niat dan Adab Sebelum kita membuka buku, menghadiri kelas, atau mencari ilmu di internet, mari bertanya pada diri sendiri: "Sudah benarkah niatku? Sudah siapkah aku menghormati guru dan proses belajar?"
Marilah kita jadikan prinsip "adab dahulu sebelum ilmu" sebagai kompas dalam setiap langkah menuntut ilmu. Karena dengan adab yang baik, ilmu kita tidak hanya sampai ke akal, tetapi juga menyentuh hati, menerangi kehidupan, dan mendatangkan keberkahan dari-Nya.
"Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang dimudahkan untuk mempelajari ilmu dan dibimbing untuk memuliakannya dengan adab yang terpuji." Aamiin.