“Gaya Hidup Anti Mainstream yang Lagi Naik Daun: Slow Living Bikin Hidup Lebih Waras”

“Gaya Hidup Slow Living Bikin Hidup Lebih Waras”
Sumber :
  • Istimewa: pinterest

Bogor, VIVA Bogor

Gaya Hidup Anti Mainstream yang Lagi Naik Daun: Slow Living Bikin Hidup Lebih Waras”

 

“Ketika dunia menuntut kita serba cepat, ada satu tren baru yang justru mengajak kita melambat: slow living.”

Di tengah hiruk pikuk era digital, generasi muda mulai mencari cara hidup yang lebih tenang. Tren slow living kini mencuri perhatian, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Gaya hidup ini menolak tekanan untuk selalu produktif, serba cepat, dan terhubung 24 jam. Sebaliknya, ia menawarkan ritme hidup yang lebih lambat, penuh kesadaran, dan apa adanya.

Fenomena ini berawal dari kejenuhan terhadap hustle culture budaya kerja tanpa henti yang kerap berujung pada stres dan burnout. Alih-alih terus berlari, anak muda kini memilih jeda: menikmati secangkir kopi tanpa terburu-buru, jalan santai tanpa target, atau sekadar mematikan notifikasi ponsel di akhir pekan.

“Slow living bukan berarti malas. Justru ini tentang memberi ruang bagi diri sendiri untuk bernapas, agar hidup terasa lebih sehat dan waras,” jelas psikolog klinis, Fitri Handayani.

Di media sosial, konten slow living semakin viral. Video pendek tentang pagi tanpa gadget, merawat tanaman, atau memasak sederhana dengan musik tenang, mendapat jutaan tayangan. Tanda bahwa semakin banyak orang ingin melambat di tengah dunia yang serba cepat.

Di era serba instan, berani melambat justru jadi pilihan berani. Slow living bukan sekadar tren, tapi cara menemukan kewarasan di tengah kebisingan hidup modern. Jadi, kapan terakhir kali kamu benar-benar berhenti sejenak dan menikmati hidupmu?