Rumah Adalah Madrasah Pertama, UBN Ajak Orang Tua Hadirkan Ilmu dan Ketenangan bagi Anak-anak

Rumah Bukan Hanya Tempat Tinggal, Pentingnya Ilmu dan Kasih Sayang
Sumber :
  • Istimewa : instagram ustadz bahtiar nasir

Bogor, VIVA Bogor–Banyak orang memandang rumah hanya sebagai tempat berteduh, sekadar bangunan fisik untuk beristirahat setelah lelah bekerja. Namun, Ustadz Bachtiar Nasir mengingatkan bahwa rumah sejatinya adalah pondasi peradaban. Dari rumahlah lahir generasi yang akan menentukan arah masa depan sebuah bangsa.

Tahukah Anda? Anak Bukan Beban, Tapi Amanah dan Cahaya Masa Depan Umat pesan untuk orang tua masa kini. Fitrah based edu

“Rumah bukan sekadar tempat tinggal. Ia adalah madrasah pertama bagi anak-anak, tempat mereka tumbuh dengan cahaya ilmu dan ketenangan hati, merasa aman, dihargai, dan dicintai,” ujar beliau.

Beliau menekankan, rumah yang ideal memiliki dua pilar utama yang tak boleh terpisah: ilmu dan perlindungan.

Parenting Islami Ala Ely Risman: 5 Prinsip Mendidik Anak dengan Kasih Sayang dan Iman

Ilmu yang diajarkan sejak dini akan menuntun anak untuk mengenal Allah, membedakan yang hak dari yang batil, serta tumbuh dengan pemahaman yang lurus.

Perlindungan, yang diwarnai ketenangan dan kasih sayang, memberi rasa aman kepada anak. Namun kasih sayang itu bukan hanya kelembutan, tapi juga gemblengan, nasihat, dan disiplin yang mendidik, agar mereka siap menghadapi kerasnya kehidupan.

Kesabaran Jalan Terdekat Menuju Kemenangan: Janji Allah bagi Hamba yang Teguh dalam Ujian Hidup

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

> وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّن بُيُوتِكُمْ سَكَنًا

“Dan Allah menjadikan rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal (sakinah).”

(QS. An-Nahl: 80)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa rumah bukan sekadar bangunan yang berdiri di atas pondasi batu dan semen, tetapi pusat ketenangan jiwa, tempat iman ditanamkan, dan benteng terakhir dari serangan fitnah dunia.

 

Tanggung Jawab Besar Orang Tua

Ustadz Bachtiar Nasir mengingatkan, banyak orang tua yang sibuk bekerja mencari nafkah, namun lupa menghadirkan dirinya dalam rumah. Anak-anak mungkin dibesarkan secara fisik, diberi makanan, pakaian, dan fasilitas yang layak, namun jiwanya kelaparan karena tidak mendapatkan ilmu, teladan, dan kasih sayang yang mendalam.

“Bukan rumah mewah yang paling dirindukan anak-anak, tetapi rumah yang penuh cinta, penuh doa, dan penuh ilmu. Rumah yang membuat mereka ingin selalu pulang, karena di sanalah mereka merasa benar-benar dihargai dan dipahami,” jelas beliau.

Inilah yang disebut sebagai rumah ilmu dan rumah perlindungan. Rumah yang bukan hanya melahirkan anak-anak cerdas, tetapi juga anak-anak yang kuat akidahnya, tinggi akhlaknya, dan siap memimpin peradaban.

Rumah sebagai Benteng Iman

Sejarah para Nabi memberikan pelajaran berharga. Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub tidak hanya memikirkan makanan dan warisan untuk anak-anak mereka, tetapi lebih dari itu, mereka mengutamakan warisan iman.

Allah mengabadikan dialog Nabi Ya’qub menjelang wafat:

> أَمْ كُنتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, Tuhan yang Maha Esa dan hanya kepada-Nya kami berserah diri".

(QS. Al-Baqarah: 133)

 

Lihatlah kekhawatiran Nabi Ya’qub. Bukan tentang harta apa yang akan dimakan anak-anaknya, tetapi siapa yang mereka sembah setelah beliau tiada. Itulah puncak tanggung jawab orang tua: menjaga akidah keluarga agar tetap kokoh di tengah badai zaman.

 

Ajakan untuk Keluarga Muslim

Membangun rumah bukan hanya urusan arsitektur dan interior, tapi juga membangun jiwa-jiwa yang hidup di dalamnya. Rumah yang diisi dengan tilawah Al-Qur’an, dzikir, diskusi ilmu, serta kasih sayang yang menumbuhkan semangat belajar dan beribadah.

Mari kita jadikan rumah kita:

Madrasah ilmu, tempat anak-anak mengenal Allah dan belajar menjadi hamba yang taat.

Benteng perlindungan, tempat mereka merasa aman dan kuat menghadapi dunia.

Surga kecil, yang menumbuhkan iman, ilmu, dan cinta.

Dengan rumah yang demikian, insyaAllah akan lahir generasi yang tangguh, berakhlak mulia, dan siap memimpin umat di masa depan.

> وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”

(QS. An-Nisa: 9)

Mendidik anak bukan sekadar tanggung jawab sekolah atau lingkungan luar. Segalanya dimulai dari rumah.

Mari bersama-sama membangun rumah kita bukan hanya sebagai tempat tinggal, tetapi sebagai pusat ilmu, tempat ibadah, dan benteng perlindungan, agar lahir generasi yang kuat, shalih, dan selalu dekat dengan Allah ﷻ.

Rumah yang penuh iman, ilmu, dan cinta adalah awal dari peradaban yang gemilang.