Pernikahan dan Kisah Cinta Nabi Muhammad SAW
Bogor –Sepanjang hidup Nabi Muhammad SAW, pernah beberapa kali menikah dan banyak kisah cinta di dalamnya. Semua pernikahan Rasulullah SAW itu ada pembelajaran besar bagi pengikutnya hingga akhir zaman ini.
Pertama kali menikah, Rasulullah SAW (saat itu 25 tahun) memilih Sayyidah Khadijah binti Khuwailid (saat itu 40 tahun) menjadi istrinya. Perbedaan usia hingga 15 tahun justru membuat keduanya bisa bersatu dalam bingkai pernikahan.
Khadijah sendiri itu sosok wanita bangsawan Quraisy, tajir melintir, dan terpandang. Khadijah meminang Nabi Muhammad SAW setelah melihat kejujuran serta amanah beliau saat melakukan kegiatan perdagangan.
Pernikahan keduanya membuat lahir anak-anak Nabi, seperti Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Khadijah sendiri menjadi satu-satunya istri Nabi dimana sepanjang 25 tahun pernikahan dan kemudian wafatnya Khadijah.
Lalu, setelah Khadijah wafat dimana masuk tahun ke-10 kenabian dan dikenal sebagai ‘Aamul Huzn atau tahun kesedihan. Nabi Muhammad SAW saat itu memilih menikah lagi.
Banyak hikmah dari beberapa pernikahan Nabi Muhammad SAW secara hikmah syar’i, sosial, dan politik. Dan bukan sekadar urusan pribadi.
Seperti saat menikah dengan Saudah binti Zam’ah, ia sosok wanita janda yang beriman sejak awal dakwah Islam. Lalu dengan Aisyah binti Abu Bakar, ia putri sahabat terdekat Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Aisyah dikenal sangat cerdas, banyak meriwayatkan hadits, dan menjadi guru besar umat Islam.
Lalu pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Hafshah binti Umar bin Khattab dimana merupakan putri sahabat Umar bin Khattab.
Selanjutnya dengan Ummu Salamah atau Hindun binti Abi Umayyah yang merupakan sosok.janda yang mulia dan sabar, serta bijaksana.
Sementara, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan sosok Zainab binti Jahsy adalah sepupu dari Nabi. Pernikahan ini mengandung hikmah syariat tentang penghapusan tradisi jahiliyah yang menyamakan anak angkat dengan anak kandung.
Lalu dengan Juwairiyah binti Al-Harits dan Shafiyyah binti Huyay dimana berasal dari kalangan tawanan perang, pernikahan Nabi dengan mereka menjadi sarana pembebasan dan penyatuan kaum.
Selanjutnya pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Ummu Habibah atau Ramlah binti Abu Sufyan, dimana merupakan putri Abu Sufyan yang memeluk Islam sejak awal.
Lalu pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Maimunah binti Al-Harits: istri terakhir Nabi Muhammad SAW.
Kita semua saat ini bisa mengambil hikmah pernikahan Nabi Muhammad SAWA dengan para istrinya, seperti menegakkan syariat Islam, dimana beberapa pernikahan mengandung hukum syariat penting, misalnya penghapusan adat jahiliyah.
Juga melindungi dan memuliakan janda serta wanita lemah dimana sebagian besar istri Nabi adalah janda yang beliau muliakan.
Lalu mempererat hubungan dengan para sahabat dan kabilah dimana bisa memperkuat persatuan umat melalui ikatan keluarga.
Kemudian pendidikan umat: para istri Nabi (Ummahatul Mu’minin) dimana menjadi guru bagi umat soal masalah agama, terutama Aisyah RA yang meriwayatkan ribuan hadits