TNI AD Garap 200 Hektare Lahan Agroforestri di Gunung Hejo Purwakarta

Darangdan, Lettu Kav Unang Sunarya,
Sumber :
  • Istimewa

Purwakarta - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) bersama para petani lokal membangun proyek agroforestri terpadu di lahan seluas 200 hektare di kawasan Gunung Hejo, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Misteri dan Mitos Gunung Salak, Gunung Angker di Jawa Barat

Program ini mulai berjalan sejak Desember 2024 dan menjadi salah satu bentuk kontribusi TNI AD dalam mendukung ketahanan pangan, pemberdayaan masyarakat, dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan.

Komandan Koramil 1903/Darangdan, Lettu Kav Unang Sunarya, menyampaikan bahwa prajurit TNI, khususnya Babinsa, terlibat langsung dalam proses pengelolaan lahan, koordinasi dengan kelompok tani, hingga pengamanan wilayah kegiatan agroforestri.

Tak Disangka, Monumen Helikopter PUMA Pertama di Dunia Ada di Bogor

"Babinsa turut mendampingi para petani di lapangan, membantu pelaksanaan dan kelancaran program ini, serta mengkoordinir para petani dari wilayah sekitar,” ujar Unang saat ditemui di lokasi greenhouse agroforestri Gunung Hejo, Senin (22/9).

Dari total 200 hektare lahan yang dikelola, sebanyak 50 hektare telah ditanami hortikultura dan tanaman keras dalam tahap awal. Sisa lahan lainnya masih dalam proses ekspansi dan pengembangan hingga empat tahap pelaksanaan ke depan.

Sambut Dandim Baru, Wali Kota Bogor Tekankan Keamanan, Ekonomi, dan Makan Bergizi Gratis

Gunung Hejo dipilih sebagai lokasi proyek karena dinilai strategis dan ideal dari sisi letak geografis serta kondisi alam.

 “Lokasi ini berada di antara Jakarta dan Bandung, dekat akses tol, dan memiliki suhu serta kontur tanah yang mendukung pertanian,” jelas Unang.

Agroforestri di Gunung Hejo memadukan konsep tanam hortikultura seperti cabai, kol, terong, wortel, hingga kentang yang dapat dipanen dalam waktu cepat, dengan tanaman keras seperti durian, manggis, petai, kelengkeng, dan alpukat yang baru berbuah dalam jangka panjang. Di sisi lain, aktivitas peternakan juga dikembangkan untuk menyediakan pupuk organik dari kotoran ternak.

Program ini sudah melibatkan sekitar 182 orang tenaga kerja, sebagian besar merupakan petani lokal dari wilayah Darangdan dan sekitarnya. Hasil panen hortikultura dipasarkan langsung ke pasar induk di Bandung maupun dijual langsung ke pembeli yang datang ke lokasi.

"Kami menargetkan potensi ekonomi dari hasil panen bisa mencapai hingga Rp50 miliar per tahun,” ungkap Unang.

Proyek ini tidak dijalankan TNI AD sendiri, tetapi dikerjakan bersama pihak swasta, yaitu PT Elevasi Agri Indonesia (Elevarm), sebuah perusahaan agrikultur yang berfokus pada pengelolaan tanaman pangan secara berkelanjutan. Kerja sama ini dijembatani oleh Yayasan Akmil Persada 92.

Lintang Kusma Pratiwi, Chief Agriculture Officer Elevarm, menjelaskan bahwa pihaknya berperan dalam pengelolaan operasional agroforestri, mulai dari perencanaan budidaya, pemilihan bibit, teknik tanam, hingga pemasaran hasil panen.

"Kami juga menurunkan tim agronomi untuk mendampingi para petani lokal agar proses budidaya berjalan sesuai standar terbaik,” kata Lintang.

Lintang menambahkan bahwa Elevarm mendorong penggunaan sistem tumpang sari, yakni menanam tanaman hortikultura di sela tanaman keras agar petani tetap bisa memperoleh hasil panen sembari menunggu masa panen pohon buah.

“Dengan cara ini, petani tidak hanya menunggu hasil jangka panjang. Mereka tetap bisa bertani aktif dan memperoleh pendapatan dari hasil panen hortikultura,” jelasnya.

Ke depan, TNI AD dan Elevarm berharap agroforestri Gunung Hejo dapat menjadi model pertanian terpadu yang mandiri dan berkelanjutan, serta menjadi sentra produksi buah-buahan unggulan dari Purwakarta untuk wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.

"Kami ingin agar hasil panen hortikultura dan buah dari Gunung Hejo bisa dikenal luas dan mendukung perputaran ekonomi lokal,” tutup Unang.