Chef Arnold Sentil Program Makan Bergizi Gratis: Konsep Bagus, Eksekusi Amburadul

Juri terkenal MasterChef Indonesia Arnold Poernomo
Sumber :
  • .instagram.com/arnoldpo

 

Jenal Mutaqin Komitmen Pemkot Bogor Akan Perketat SOP MBG di 32 Dapur

Bogor, Viva Bogor – Insiden keracunan massal yang dialami siswa penerima Makanan Bergizi Gratis (MBG) belakangan ini menjadi perhatian publik. Program yang digagas Presiden Prabowo Subianto itu sejatinya bertujuan meningkatkan gizi anak Indonesia, namun kini menuai sorotan karena persoalan pengawasan dan pelaksanaannya. Chef profesional seperti Arnold Poernomo pun memberikan pendapat terkait pelaksaan MBG yang amburadul. 

 

Dedi Mulyadi Beberkan Penyebab Keracunan Massal di Cipongkor: Makanan MBG Dimasak Malam Hari, Dikonsumsi Pagi

Berdasarkan data Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan, serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), tercatat lebih dari 5.000 siswa mengalami keracunan makanan.

“(Data) dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data 16 September. Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025,” ujar Kepala Staf Presiden (KSP) M. Qodari di Istana Negara, Jakarta pada Senin, 22 September 2025.

Cegah Keracunan, Guru di Bogor Cicipi MBG Sebelum Dibagikan ke Siswa

Program MBG yang diharapkan menjadi solusi pemenuhan gizi justru menimbulkan tanda tanya besar soal kualitas eksekusi di lapangan. Dalam sembilan bulan terakhir, BGN mencatat ribuan anak mengalami gangguan kesehatan usai mengonsumsi menu MBG. Meski jumlah itu relatif kecil dibandingkan total porsi yang telah disalurkan, kasus ini tetap menimbulkan keprihatinan karena menyangkut keselamatan anak-anak.

Beberapa insiden bahkan melibatkan ratusan siswa sekaligus, seperti di Cianjur, Bogor, dan Banggai Kepulauan. Penyebabnya bervariasi, mulai dari penyimpanan makanan yang terlalu lama hingga penggunaan bahan baku dari pemasok baru yang belum teruji kualitasnya.

Juri MasterChef Angkat Suara

Menanggapi kondisi tersebut, Chef Arnold Poernomo, juri MasterChef Indonesia, turut memberikan kritik melalui unggahannya di platform X. Menurut Arnold, konsep MBG sebenarnya sudah sangat baik, namun kelemahannya terletak pada tahap pelaksanaan. Ia menekankan dapur penyedia makanan harus disiplin menerapkan standar operasional, terutama soal kebersihan, higienitas, dan distribusi. Tanpa pengawasan ketat, risiko kontaminasi dan keracunan akan selalu ada.

 

 

“Programnya bagus, cuma eksekusinya kurang. Kasihan anak-anak yang keracunan, orang tua, tim dapur MBG, dan tim medis,” tulis Chef Arnold pada 22 September 2025.

Ia juga mengingatkan agar pengelola dapur sekolah tidak langsung mengambil beban produksi dalam skala besar. Sebaiknya, produksi dimulai dengan jumlah penerima yang lebih sedikit sehingga lebih mudah diawasi dan dievaluasi. Dengan cara ini, jika terjadi kesalahan, dampaknya bisa ditekan seminimal mungkin.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mencatat, hingga pertengahan September 2025 sedikitnya 5.360 siswa menjadi korban keracunan MBG. Kasus terbaru terjadi di Garut, Jawa Barat. Ratusan pelajar mengalami mual, muntah, dan pusing setelah menyantap menu nasi putih, ayam woku, tempe opreg, serta stroberi pada 17 September lalu.

Kritik dari publik, termasuk dari praktisi kuliner seperti Chef Arnold, menegaskan bahwa keberhasilan MBG bukan hanya soal menyediakan makanan, tetapi juga bagaimana makanan itu diproduksi, disimpan, dan disajikan dengan aman. Dengan perbaikan serius di sektor eksekusi, program ini diharapkan benar-benar memberi manfaat tanpa menimbulkan risiko kesehatan bagi anak-anak penerima.