Menapaki Gerbang Waktu di Istana Kepresidenan Bogor
- presidenri.go.id
Transformasi besar terjadi di bawah Gubernur Jenderal Baron van der Capellen, yang juga mendirikan Kebun Raya Bogor pada 1817. Pada 1870, Buitenzorg resmi dijadikan kediaman para gubernur jenderal Belanda hingga akhirnya diserahkan kepada Jepang pada masa pendudukan.
Setelah Indonesia merdeka, pada Januari 1950, istana ini resmi menjadi milik Republik Indonesia dan berganti nama menjadi Istana Kepresidenan Bogor.
Saksi Sejarah Indonesia
Di balik keanggunan Istana Bogor, tersimpan jejak-jejak peristiwa yang mengubah arah bangsa. Pada penghujung tahun 1954, dinding-dinding istana menjadi saksi Konferensi Lima Negara, sebuah langkah awal yang kelak melahirkan Konferensi Asia Afrika, momen monumental yang menggema hingga dunia internasional.
Beberapa tahun berselang, tepatnya pada 11 Maret 1966, suasana istana kembali memanas ketika Supersemar ditandatangani; sebuah surat perintah yang menjadi penanda peralihan kekuasaan dan titik balik dalam sejarah politik Indonesia. Tak berhenti di sana, pada 1988, ruang-ruang megah istana dipenuhi percakapan diplomasi saat Jakarta Informal Meeting berlangsung untuk mencari jalan damai atas konflik Kamboja.
Dan puncaknya, pada November 1994, Istana Bogor berdiri gagah menyambut para pemimpin dunia dalam Pertemuan APEC, meneguhkan dirinya bukan sekadar kediaman presiden, melainkan panggung sejarah tempat keputusan besar diambil dan masa depan bangsa ditentukan.
Gedung istana telah menjadi saksi perjalanan panjang sejarah Indonesia. Dari yang semula hanya berfungsi sebagai tempat peristirahatan pada masa kolonial, kini beralih peran menjadi kantor urusan kepresidenan sekaligus kediaman resmi Presiden Republik Indonesia.