Hubungan Mindfulness Dan Depresi Dalam Tinjauan Islam dan Ilmu Psikologi
- Yuni Retnowati
Bogor, VIVA Bogor – Depresi merupakan gangguan mental yang umum terjadi di dunia, namun tetap menjadi suatu faktor kontribusi pada penurunan kecepatan penyembuhan berbagai penyakit lain. Prevalensi gangguan depresif mayor merupakan salah satu yang tertinggi dan angka tersebut terus meningkat sepanjang sepuluh tahun belakangan ini. Beberapa faktor yang berperan terhadap penurunan depresi banyak dilakukan. Salah satu penelitian di Amerika menunjukkan bahwa individu yang mengalami depresi atau simtom depresi cenderung memiliki tingkat mindfulness yang rendah, dibuktikan dengan aktivitas neural yang bertolak belakang pada individu yang depresi dan individu yang memiliki tingkat mindfulness yang tinggi.
Indikasi depresi beragam dan berbeda di tiap orang. Tapi ada indikasi umum yang biasa dirasakan dan diderita orang yang mengalami depresi.
1. Perubahan Mood (Suasana Hati)
Merasa sedih, kosong, hampa, atau putus asa hampir setiap hari. Mudah marah atau frustrasi, bahkan terhadap hal kecil. Merasa tidak berharga atau bersalah secara berlebihan.
2. Kehilangan Minat
Tidak tertarik lagi pada aktivitas yang dulu menyenangkan, seperti hobi, olahraga, atau hubungan sosial. Menarik diri dari teman atau keluarga.
3. Perubahan Pola Tidur
Susah tidur (insomnia), atau justru tidur berlebihan (hipersomnia). Bangun terlalu pagi dan tidak bisa tidur kembali.
4. Perubahan Nafsu Makan dan Berat Badan
Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan. Atau, makan berlebihan dan kenaikan berat badan.
5. Kelelahan dan Kurang Energi
Merasa lelah sepanjang waktu, walau tidak banyak beraktivitas. Merasa “berat” saat harus melakukan tugas sehari-hari.
6. Sulit Konsentrasi
Sulit fokus, membuat keputusan, atau mengingat hal-hal. Penurunan produktivitas dalam pekerjaan atau sekolah.
7. Pikiran Negatif dan Bunuh Diri
Pikiran tentang kematian, merasa hidup tidak berguna, atau ide untuk mengakhiri hidup. Dalam kasus serius, bisa sampai menyusun rencana bunuh diri.
8. Gejala Fisik Tanpa Sebab yang Jelas
Sakit kepala, nyeri otot, gangguan pencernaan, atau keluhan fisik lainnya yang tidak membaik meskipun sudah diobati.
Mindfulness merupakan kemampuan seorang individu untuk sadar dan memerhatikan setiap detil kejadian yang sedang terjadi saat itu. Dengan kemampuan disposisional untuk mindful, individu dapat menerima setiap pengalaman yang terjadi dengan reseptif dan terbuka, sehingga kecil kemungkinan individu untuk melakukan ruminasi. Individu dengan kemampuan mindfulness yang tinggi cenderung memiliki tingkat depresi yang rendah, sebaliknya individu yang dengan tingkat depresi tinggi diketahui memiliki tingkat mindfulness yang rendah.
Hanya sedikit publikasi yang telah mendiskusikan depresi pada remaja secara menyeluruh, meskipun beberapa penelitian telah menemukan bahwa awal kemunculan depresi dimulai sejak awal periode kehidupan tersebut. Mengetahui hubungan antara mindfulness dan depresi pada remaja di Indonesia diperlukan sebagai landasan awal untuk penelitian selanjutnya dan memberikan panduan untuk terapi mindfulness dalam mengatasi depresi pada remaja di Indonesia. Menggunakan metode kuantitatif dan desain korelasional, Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) dan kuesioner depresi yaitu BDI, disebarkan kepada 200 remaja. Dari hasil analisis menggunakan korelasi Spearman, diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara mindfulness dan depresi, terutama pada dimensi acting with awareness dan non judging of inner experience. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi skor mindfulness pada dimensi acting with awareness dan non judging of inner experience, maka semakin rendah skor depresi yang dimiliki remaja.
Latihan mindfulness dalam Islam sebenarnya sudah menjadi bagian dari ajaran dan ibadah sehari-hari. Dalam Islam, mindfulness dikenal dengan konsep seperti khusyuk, murāqabah (kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi), dzikir, dan muhasabah (evaluasi diri). Mindfulnes dalam Islam berarti melakukan ibadah dengan penuh kesadaran khauf (takut) dan roja' (berharap).
Berikut ini adalah beberapa latihan mindfulness dalam Islam yang bisa kamu praktikkan setiap hari untuk menumbuhkan ketenangan, kesadaran, dan koneksi spiritual:
1. Niat yang Sadar (قبل العمل - Sebelum Melakukan Sesuatu)
“Innamal a’malu binniyat…”
(Sesungguhnya segala amal tergantung pada niat) – HR. Bukhari & Muslim
Sebelum berbuat, berhenti sejenak dan tanyakan pada diri, apakah ini semua untuk Allah?
2. Shalat dengan Khusyuk
Shalat adalah bentuk mindfulness tertinggi dalam Islam — hadir secara penuh lahir dan batin saat menghadap Allah. Saat takbiratul ihram, hadirkan pikiran bahwa kamu sedang bertemu dengan Allah. Rasakan setiap gerakan dan makna bacaan. Fokus pada napas saat ruku’ dan sujud.
"Dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku."
(QS. Thaha: 14)
3. Dzikir dengan Kesadaran
Dzikir bukan hanya ucapan di lisan, tapi juga harus dirasakan di hati. Ucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar dengan pelan dan sadar. Rasakan makna setiap kalimatnya.
Subhanallah → Allah Maha Suci dari segala kekurangan.
Alhamdulillah → Segala puji milik Allah.
Allahu Akbar → Allah Maha Besar, lebih dari segalanya.
4. Muhasabah (Evaluasi Diri)
Mindfulness juga berarti menyadari kesalahan, niat, dan tujuan hidup. Sebelum tidur, ambil waktu 5 menit untuk merenung :
Apa yang sudah aku lakukan hari ini?
Apa niatku tadi benar-benar karena Allah?
Apa yang harus aku perbaiki besok?
Akhiri dengan istighfar
5. Murāqabah (Merasa Diawasi Allah)
Mindfulness dalam Islam bukan hanya sadar terhadap diri, tapi juga sadar bahwa Allah melihat dan mendengar. Tanamkan dalam hati: “Allah melihatku.” Saat marah, kecewa, atau tergoda maksiat, tarik napas dan ucapkan, “A’udzu billahi minasy-syaitonir rajim.”
6. Tafakur (Merenungi Alam dan Ciptaan Allah)
Melihat ciptaan Allah dan mengingat kebesaran-Nya adalah bentuk mindfulness. Luangkan waktu 5–10 menit untuk melihat langit, pohon, air, atau tubuh sendiri. Renungkan bahwa semua ini ciptaan Allah, dan aku adalah bagian dari rencana-Nya. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi… terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” (QS. Ali Imran: 190)
7. Makan dengan Adab dan Kesadaran
Makan dalam Islam juga diajarkan dengan mindfulness. Mulai dengan doa. Makan perlahan dan syukuri rasa makanan.
Hindari makan sambil marah, tergesa-gesa, atau tanpa doa.