Media Sosial dan Kesehatan Mental: Sahabat atau Musuh Tersembunyi?

Dampak media sosial untuk kesehatan mental
Sumber :
  • AI Generated / Dok. AI via Gemini

Bogor, VIVA Bogor – Kamu sadar nggak sih, hampir semua orang sekarang punya ritual yang sama begitu bangun tidur: buka HP, cek notifikasi, lalu scrolling media sosial. Rasanya dunia ini nggak lengkap kalau belum lihat story teman atau postingan terbaru dari akun favorit.

Curhat dengan AI: Teman Virtual Baru, Bagus atau Buruk untuk Kesehatan Mental?

Tapi, pernah nggak kamu merasa capek secara emosional setelah terlalu lama main medsos? Kalau iya, kamu nggak sendirian. Media sosial memang bisa jadi sahabat, tapi juga bisa jadi musuh tersembunyi bagi kesehatan mental kita.

1. Rasa cemas dan FOMO

Apa Itu ‘Ain? Bahaya ‘Ain di Era Media Sosial dan Doa Perlindungan Menurut Islam

Takut ketinggalan update? Itu namanya Fear of Missing Out alias FOMO. Gara-gara terus bandingin diri dengan orang lain di timeline, otak kita bisa merasa tertinggal, nggak cukup keren, bahkan kurang berhasil.

2. Perbandingan yang bikin minder

Dia Cantik Tapi Diselingkuhi, Apalagi Aku? Pandangan Islam Terhadap Komentar Pesimis di Medsos

Foto liburan, prestasi, atau gaya hidup orang lain kadang bikin kita lupa: itu cuma highlight, bukan keseluruhan hidup mereka. Kalau nggak hati-hati, kita jadi merasa hidup sendiri kok gini-gini aja.

3. Gangguan tidur

Scrolling sebelum tidur memang seru, tapi cahaya layar bisa bikin otak tetap “on” padahal tubuh butuh istirahat. Besoknya? Bangun lelah, gampang bad mood, bahkan sulit fokus.

4. Tekanan sosial & komentar negatif

Nggak jarang media sosial jadi tempat lahirnya komentar jahat, body shaming, atau bahkan cyberbullying. Luka dari kata-kata kadang lebih dalam daripada yang kita kira.

Tapi jangan buru-buru nyalahin medsos. Kalau dipakai dengan bijak, media sosial bisa jadi ruang positif: kita bisa belajar hal baru, terhubung dengan banyak orang, bahkan menemukan komunitas yang bikin hidup lebih berarti.

Tips main medsos biar tetap sehat:

  • Kasih batas waktu harian (misalnya 1–2 jam sehari).
  • Follow akun-akun yang memberi energi positif.
  • Jangan ragu unfollow/mute yang bikin stres.
  • Jangan lupa hidup di dunia nyata juga penting.

Pada akhirnya, media sosial itu ibarat makanan cepat saji: kalau kebanyakan jelas nggak sehat, tapi kalau diatur porsinya masih bisa dinikmati. Yuk, jadi pengguna yang lebih bijak supaya mental kita tetap waras di era digital ini.