SRP Diterapkan di Klaten, Petani Kian Mandiri dan Beras Sehat Ramah Lingkungan

Kepala DKPP Klaten, Iwan Kurniawan.
Sumber :
  • Muhammad Aprian Romadhoni

Klaten, VIVA Bogor – Upaya mewujudkan pertanian padi yang tangguh, ramah lingkungan, dan berdaya saing terus digencarkan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, DKPP menegaskan komitmennya dalam memperkuat sektor pertanian berkelanjutan di daerah yang dikenal sebagai lumbung padi nasional ini.

Boyolali Kembangkan Pertanian Padi Berkelanjutan Lewat SRP, Biaya Produksi Turun Pendapatan Petani Naik

Dalam audiensi bersama lembaga internasional Rikolto Indonesia dan Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) pada Rabu, 8 Oktober 2025, Kepala DKPP Klaten, Iwan Kurniawan, menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk menjawab tantangan pertanian masa depan.

“Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi dengan lembaga, swasta, dan media sangat penting untuk memberikan semangat bagi para petani agar terus berinovasi untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan,” ujar Iwan.

Desa Pojok Sukses Terapkan Pertanian Ramah Lingkungan, Hasil Panen Naik Dua Kali Lipat

Klaten sendiri memiliki lahan sawah seluas 33.435 hektare atau sekitar 51 persen dari total wilayahnya. Daerah ini dikenal luas dengan beras unggulan Rojolele Delanggu yang telah menjadi ikon pertanian lokal. Dalam beberapa tahun terakhir, sektor pertanian Klaten menunjukkan peningkatan signifikan dengan kenaikan produksi beras mencapai 13 ribu ton.

Namun, Iwan mengakui tantangan masih ada, terutama karena sebagian besar petani di Klaten berstatus penggarap. Menanggapi hal itu, DKPP Klaten bersama mitra seperti Rikolto Indonesia dan KRKP terus mendorong penerapan Sustainable Rice Platform (SRP) sebagai strategi utama menuju pertanian yang efisien dan ramah lingkungan hingga menghasilan beras lebih sehat tanpa pupuk kimia.

APOB Boyolali Sukses Kembangkan Beras SRP Ramah Lingkungan Bersama Rikolto

Melalui program SRP, petani diajak beralih ke praktik budidaya berkelanjutan, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, serta menjaga keseimbangan ekosistem sawah.

“Kita ingin petani Klaten bisa meningkatkan produktivitas tanpa merusak lingkungan. Karena kalau terus-menerus memakai pupuk kimia, lama-lama tanah akan rusak. Maka kita dorong beralih ke pupuk organik,” jelas Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan DKPP Klaten, Lilik Nugraharja.

Ia menambahkan, program Sekolah Lapang menjadi wadah penting bagi petani untuk belajar langsung di lahan. Melalui pendekatan ini, petani dapat memahami teknik budidaya efisien, pengendalian hama alami, hingga manajemen air berkelanjutan.

Salah satu inovasi ramah lingkungan yang terus dikembangkan DKPP adalah pemanfaatan burung hantu (Tyto alba) sebagai predator alami hama tikus. Dengan memasang Rumah Burung Hantu (Rubuha) di area persawahan, DKPP berhasil menekan populasi tikus secara signifikan tanpa bahan kimia berbahaya.

Langkah ekologis ini terbukti membantu petani menjaga hasil panen sekaligus melestarikan keseimbangan alam. Lilik berharap sinergi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan media terus diperkuat agar Klaten semakin siap menghadapi tantangan pangan di masa depan.

“Pertanian adalah masa depan pangan kita. Dengan kolaborasi semua pihak, Klaten akan terus mengukuhkan diri sebagai lumbung padi nasional yang menerapkan praktik pertanian inklusif, adaptif, dan berkelanjutan demi kesejahteraan petani,” ujarnya menutup pertemuan tersebut.

Pertemuan ini menjadi langkah konkret memperkuat komitmen Klaten menuju sistem pangan yang tangguh, efisien, dan berwawasan lingkungan, sekaligus mempertegas posisi daerah ini sebagai pelopor penerapan Sustainable Rice Platform (SRP) di tingkat daerah.