Cegah Keracunan, Guru di Bogor Cicipi MBG Sebelum Dibagikan ke Siswa

Yuyun Guru SDN Cimande 2 Kabupaten Bogor
Sumber :
  • Muhammad Aprian Romadhoni/Toni

Bogor, VIVA Bogor –Maraknya kasus keracunan akibat program makanan bergizi gratis (MBG) di sejumlah daerah membuat para guru di Kabupaten Bogor mengambil langkah antisipasi. Seperti yang dilakukan di SD Negeri Cimande 2, Desa Lemah Duhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, para guru memilih untuk mencicipi lebih dulu makanan yang akan dibagikan kepada siswa.

Siswa SDN Cimande 2 Kabupaten Bogor

Photo :
  • Muhammad Aprian Romadhoni/Toni

Langkah ini diambil demi memastikan makanan yang disantap anak-anak aman dan layak konsumsi. “Guru perlu mengecek langsung bahkan mencicipi dulu. Itu penting supaya kualitas makanan terjamin, jadi siswa tidak jadi korban, makanya dicobain dulu,” ujar Yuyun, salah satu guru SD Negeri Cimande 2, kepada VIVA Bogor, Rabu 24 September 2025.

Kekhawatiran keracunan massal memang bukan tanpa alasan. Sebelumnya, di beberapa wilayah lain tercatat siswa harus dilarikan ke rumah sakit setelah menyantap makanan bergizi gratis.

"Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan ya, seperti keracunan, makanan basi, jadi sama ibu gurunya dicobain dulu," ungkapnya.

Upaya antisipasi ini mendapat sambutan positif dari siswa dan orang tua. Aksi guru di sekolah yang mencicipin makanan siswa ini juga adalah harapan para orang tua siswa.

“Kalau gurunya sudah coba dulu, jadi lebih tenang. Kami sebagai orang tua tidak terlalu khawatir lagi karena banyak keracunan juga ya, mengurangi kekhwatiran aja, kalau sudah dicicipi dulu oleh orang dewas ke anak juga tidak khawatir,” kata Risma, salah satu wali murid.

Orang tua siswa SDN Cimande 2 Kabupaten Bogor

Photo :
  • Muhammad Aprian Romadhoni/Toni

Sementara itu, salah seorang siswa, Aldi, mengaku senang tetap bisa menikmati program MBG tanpa rasa waswas. Program makanan bergizi gratis sendiri dianggap sangat membantu orang tua siswa, terutama dalam meringankan biaya harian.

Namun, aspek keamanan dan kualitas tetap menjadi sorotan utama agar kejadian keracunan tidak terulang. "Kami berharap MBG ini terus berjalan tetapi harus ada evaluasi terua menerua ke depannya, agar lebih baik," pungkas Yuyun.

Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hidayana mengungkapkan penyebab utama insiden Keracunan program makan bergizi gratis yang terus bertambah di sejumlah daerah.

Kasus teraebut banyak terjadi di dapur satuan pelayanan pemenuhan gizi atau SPPG yang baru beroperasi. Di mana kurangnya pengalaman pegawai dalam memasak makanan dalam jumlah besar.

Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana.

Photo :
  • tvOne

“Karena ibu-ibu yang biasanya masak untuk 4 sampai 10 orang, belum tentu bisa langsung masak untuk 1.000 sampai 3.000 (siswa),” jelas Dadan dikitip Viva Bogor dari tvOne (Viva Digital Network), Senin 23 September 2025. Dadan mencontohkan kasus yang terjadi di Bengkulu. Program baru bernama Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) masih dalam tahap awal operasional, sehingga pelaksanaannya belum sepenuhnya matang.

Sebagai solusi, Dadan menyarankan agar layanan SPPG diberikan secara bertahap, bukan langsung dalam skala besar. “Kalau ada 20 sekolah yang dilayani, sebaiknya hari pertama cukup 2 sekolah dulu. Dua hari kemudian bertambah jadi 4 sekolah, dan seterusnya. Itu lebih aman,” ujarnya.

Selain itu, Dadan menyinggung kasus serupa di Maluku Barat Daya, tepatnya di Babau. Program di wilayah tersebut sebenarnya sudah berjalan selama delapan bulan. Namun, keracunan tetap terjadi karena adanya perubahan informasi dan sistem penyajian baru.

“Makanya kami sarankan agar SPPG baru benar-benar dimulai secara bertahap, supaya lebih siap,” tambahnya.