Organisatoris Pasti Paham: Integritas dan Kapabilitas Jadi Nyawa Berorganisasi
BOGOR - Derasnya arus pragmatisme politik dan organisasi yang kerap hanya jadi batu loncatan menuju kursi kekuasaan. Muncul satu pesan tegas bahwa "seorang organisatoris sejati tak cukup hanya pintar berbicara, tapi harus paham integritas dan kapabilitas sebagai fondasi,"
Dan integritas adalah kompas moral yang menjaga organisasi tetap berjalan di rel perjuangan, bukan sekadar rel proyek atau kepentingan pribadi.
Semantata kapabilitas adalah mesin penggerak kemampuan nyata untuk mengelola, memimpin, dan membawa organisasi keluar dari jalan buntu.
"Organisasi tanpa integritas hanya akan jadi pasar transaksi kepentingan. Dan tanpa kapabilitas, ia cuma jadi papan nama kosong yang berdiri di depan kantor," demikian pandangan penulis, Didin Khaerudin. Jasinga, (30/8/2025).
Fenomena hari ini menunjukkan banyak organisasi yang kehilangan ruh, pemimpin tampil gagah dengan jargon, tapi ketika diuji dengan tanggung jawab, ambruk di hadapan godaan.
Mereka lupa, anggota menaruh harapan pada setiap janji, bukan sekadar tepuk tangan di podium.
Sementara, generasi muda yang tumbuh di era digital pun semakin kritis. Mereka bisa membedakan mana pemimpin yang tulus berjuang dan mana yang sekadar numpang nama.
"Anak muda sekarang tidak lagi percaya pada kata-kata manis. Mereka mencari teladan nyata, yang hidupnya sejalan dengan ucapannya," demikian bunyi direlung hati penulis.
Organisasi bukan tempat memoles citra pribadi, Ia adalah wadah perjuangan kolektif, dan di titik inilah, integritas dan kapabilitas bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban.
Seorang organisatoris yang paham keduanya akan melahirkan kepercayaan. Dari kepercayaan lahirlah kekuatan, dan dari kekuatan lahirlah perubahan.
Tanpa itu semua, organisasi hanya akan menjadi panggung sandiwara, di mana anggota selalu dipaksa menjadi penonton yang kecewa
BOGOR - Derasnya arus pragmatisme politik dan organisasi yang kerap hanya jadi batu loncatan menuju kursi kekuasaan. Muncul satu pesan tegas bahwa "seorang organisatoris sejati tak cukup hanya pintar berbicara, tapi harus paham integritas dan kapabilitas sebagai fondasi,"
Dan integritas adalah kompas moral yang menjaga organisasi tetap berjalan di rel perjuangan, bukan sekadar rel proyek atau kepentingan pribadi.
Semantata kapabilitas adalah mesin penggerak kemampuan nyata untuk mengelola, memimpin, dan membawa organisasi keluar dari jalan buntu.
"Organisasi tanpa integritas hanya akan jadi pasar transaksi kepentingan. Dan tanpa kapabilitas, ia cuma jadi papan nama kosong yang berdiri di depan kantor," demikian pandangan penulis, Didin Khaerudin. Jasinga, (30/8/2025).
Fenomena hari ini menunjukkan banyak organisasi yang kehilangan ruh, pemimpin tampil gagah dengan jargon, tapi ketika diuji dengan tanggung jawab, ambruk di hadapan godaan.
Mereka lupa, anggota menaruh harapan pada setiap janji, bukan sekadar tepuk tangan di podium.
Sementara, generasi muda yang tumbuh di era digital pun semakin kritis. Mereka bisa membedakan mana pemimpin yang tulus berjuang dan mana yang sekadar numpang nama.
"Anak muda sekarang tidak lagi percaya pada kata-kata manis. Mereka mencari teladan nyata, yang hidupnya sejalan dengan ucapannya," demikian bunyi direlung hati penulis.
Organisasi bukan tempat memoles citra pribadi, Ia adalah wadah perjuangan kolektif, dan di titik inilah, integritas dan kapabilitas bukan sekadar pilihan, melainkan kewajiban.
Seorang organisatoris yang paham keduanya akan melahirkan kepercayaan. Dari kepercayaan lahirlah kekuatan, dan dari kekuatan lahirlah perubahan.
Tanpa itu semua, organisasi hanya akan menjadi panggung sandiwara, di mana anggota selalu dipaksa menjadi penonton yang kecewa