Keajaiban Toleransi di Wihara Pan Kho Bio, Mushola di Balik Altar Buddha
- instagram.com/phankobio_bogor
Yang lebih menarik lagi, di dalam kompleks wihara terdapat makam dan petilasan (tempat bersejarah) dari para tokoh penyebar Islam seperti, Eyang Jayaningrat, Eyang Sakke, dan Eyang Prabu Surya Kencana.
Terdapat juga makam Buyut Gebok yang dipercaya sebagai salah satu panglima terakhir Kerajaan Pajajaran, serta Embah Imam yang dikenal sebagai leluhur penyebar agama Islam pada masa kerajaan tersebut.
Di area belakang wihara, ada dua batu besar yang menandai petilasan Embah Sakee putra Agung Sultan Tirtayasa dari Kerajaan Banten dan Eyang Jayaningrat. Sementara di sisi kanan, terdapat petilasan Eyang Prabu Surya Kencana yang "dijaga" oleh dua patung harimau hitam dan putih yang melambangkan kegagahan dan keberanian dalam filosofi Tionghoa.
Setiap ornamen di wihara ini memiliki cerita. Arca kura-kura besar yang terpajang merepresentasikan ketekunan dan umur panjang. Patung harimau hitam dan putih menambah kesan megah, tetapi juga menyimbolkan kejayaan dan keberanian yang diharapkan melindungi tempat suci ini.
Ziarah Lintas Agama
Tidak heran jika tempat ini menjadi tujuan ziarah bagi berbagai kalangan. Muslim yang datang biasanya mengenang jejak para ulama dan tokoh Islam. Umat Buddha dan Konghucu datang untuk bersembahyang. Wisatawan datang untuk menyaksikan keajaiban toleransi yang langka ditemukan di tempat lain. Wihara Pan Kho Bio menjadi bukti keberagaman bukan sebuah ancaman, melainkan kekayaan.
Di era ketika isu-isu intoleransi kerap mengemuka, tempat ini berdiri tegak sebagai mercusuar perdamaian. Ia mengingatkan kita bahwa harmoni antarumat beragama bukan utopia, melainkan realitas yang bisa diwujudkan ketika ada komitmen bersama untuk saling menghormati.