Runtuhnya Pajajaran: Saat Pakuan Jatuh ke Tangan Kesultanan Banten

Padjajaran
Sumber :

Bogor, VIVA Bogor - Di tanah Pasundan, pernah berdiri sebuah kerajaan besar bernama Pajajaran yang berpusat di Pakuan, kini dikenal sebagai Kota Bogor. Pada masa kepemimpinan Prabu Siliwangi, Pajajaran mencapai masa kejayaan: rakyat hidup makmur, budaya berkembang, dan pengaruhnya harum ke berbagai penjuru nusantara.

Namun, selepas wafatnya Prabu Siliwangi, sinar kejayaan itu mulai meredup. Para penerus tahta tidak sekuat sang leluhur, bangsawan terpecah, dan rakyat kehilangan pegangan. Sementara itu, di pesisir utara Jawa Barat, kekuatan Islam tumbuh pesat melalui Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon, yang justru berasal dari keluarga besar Pajajaran sendiri.

Puncak ujian datang pada tahun 1579, ketika pasukan Kesultanan Banten di bawah pimpinan Maulana Yusuf menyerang ibu kota Pajajaran di Pakuan. Babad Sunda menggambarkan suasana mencekam saat ribuan prajurit membawa obor menerangi hutan sekitar kota, sementara genderang perang ditabuh menandai dimulainya penyerbuan.

Pertahanan Pajajaran yang lemah tak mampu menahan gempuran. Prajurit kalah jumlah, kalah senjata. Istana megah yang dulu dipenuhi suara gamelan dan tari-tarian berubah menjadi arena pertempuran dan jerit kesakitan.

Sebelum kota benar-benar jatuh, mahkota emas Prabu Siliwangi simbol kejayaan Pajajaran disebut sempat diselamatkan agar tidak direbut musuh. Namun, jejaknya hilang. Hingga kini, legenda berkembang bahwa mahkota itu tersembunyi di hutan belantara, dijaga roh para leluhur.

Runtuhnya Pakuan menandai berakhirnya Kerajaan Pajajaran. Namun masyarakat Sunda percaya, Prabu Siliwangi tidak benar-benar mati, melainkan ngahiyang menghilang bersama pasukan macannya ke alam gaib.

Sejak saat itu, Kesultanan Banten berdiri sebagai penguasa baru tanah Sunda. Nama besar Pajajaran perlahan berganti jadi sejarah, namun tetap dikenang dalam pupuh, babad, dan cerita rakyat hingga kini.